Penulis: Nurul Azmi Pora
Masih ingatkah Anda dengan peretas yang menggunakan nama samaran Bjorka? Ya, pertengahan September 2022 lalu, ia menjadi topik pembicaraan di media sosial. Setelah membocorkan data Pejabat, Badan Intelijen Negara (BIN), sampai Presiden, cuitannya di Twitter dan Telegram menjadi sorotan.
Ini bukan kasus pertama. Persoalan peretasan memang menjadi pekerjaan rumah pemerintah tak yang kunjung terselesaikan. Padahal Indonesia telah memiliki Kominfo, Badan Siber dan Sandi Negara, Polri hingga BIN tapi belum mampu menangkal ulah para pembobol data ini. Tak kurang, para pejabat yang kerap lempar tanggungjawab atau menganggap sepele pembobolan data ini. Dalam satu tahun terakhir, ada saja serangan para pencuri data.
Belajar dari kasus ini, pemerintah semestinya sadar, di samping negara hukum yang tetap berdiri kokoh, ada juga apa yang disebut oleh F. Budi Hardiman, pengajar Filsafat di Universitas Pelita Harapan, sebagai digital state of nature: kehidupan digital yang sangat bebas, dengan sekali klik pada gawai bisa jadi pemicu kekacauan sosial.
Jadi jika pada pra-zaman digital kita kenal sebutan antagonis dari manusia seperti homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi sesamanya), pada era digital, kita kenal dengan Homo Digitalis (Manusia digital). Menurut Hardiman, Homo Digitalis bukan sekadar pengguna gawai (Kompas, 1/3/2018). Ia bereksistensi ditentukan oleh tindakan digital, yakni: uploading (mengunggah), chatting (ngobrol), posting (mengirim), dan seterusnya.
Dengan tindakan-tindakan digital, orang tidak lagi menunggu waktu berlama-lama untuk mencari informasi, cukup dengan sekali klik, maka semua muncul di mesin bila pencari. Oleh sebabnya, media sosial kini menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam bahasa seorang Filsuf Jerman Heidegger, teknologi adalah cara berada kita dewasa ini.
Mari kita buka data untuk masyarakat Indonesia, sejak Januari 2022, sebanyak 191 juta orang adalah pengguna aktif media sosial, baik di WhatsApp, Instagram, Facebook, maupun TikTok. Jumlah ini setara hampir 70 persen dari total populasi. Sudah begitu, penggunaan media sosial tertinggi terdapat pada usia 18-24 tahun, disusul usia 25-34 tahun serta 35-54 tahun dan berakhir di 55-65 tahun (Kompas, 31 Juli 2022).
Berdasarkan data di atas, angka penggunaan media sosial tertinggi berada pada usia remaja yang mana konten-kontennya bebas dikonsumsi publik. Harapannya, para konten kreator tidak hanya menyebarkan persoalan pesan yang berisi hiburan semata, melainkan menyisipkan pesan-pesan yang bersifat edukatif.
Media sosial membawa kehidupan masyarakat serba praktis. Meski begitu, ia juga punya dampak negatif. Bisa kita lihat para kreator lebih cenderung mencari sensasional agar terkenal, ketimbang hal-hal yang bersifat prestasi. Alih-alih yang dipikirkan bagaimana dapat meningkatkan reting, memperbanyak follower untuk menghasilkan banyak uang.
Terpenting adalah bisa viral, agar sosok yang jadi objek konten bisa diundang di podcast-podcast lainnya, bahkan di berbagai acara televisi. Apakah materi konten-nya terdapat unsur kebencian, melanggar norma atau budaya? Itu urusan belakang.
Demikianlah, kecenderungan tersebut akan berdampak pada generasi muda bangsa ini. Padahal jika dilihat, masih banyak pemuda kreatif yang membuat konten-konten positif, tetapi mereka kurang dapat perhatian di media sosial dan televisi.
Euforia dalam bermedia sosial, khusus untuk masyarakat Indonesia terbilang tinggi. Namun mirisnya, fenomena pembuat kontek baik Tiktok, Youtube, dan Facebook dominan memproduksi video-video dengan drama tertentu guna meningkatkan jumlah views tanpa memikirkan nilai edukasi.
Oleh karena itu, ini adalah menjadi tantangan konten kreator untuk membuat konten-konten yang bersifat positif. Nah, banyak cara untuk itu, yang tak melulu berkaitan soal ilmu pengetahuan, tetapi dengan meluruskan cara pandang masyarakat yang keliru, pun termasuk konten kreatif agar masyarakat bisa memilah mana konten yang baik dan buruk.
Satu contoh prestisius adalah lima anak muda bangsa yang menginspirasi banyak orang tentang arti penting menjaga lingkungan. Bermula dari pertemanan hingga membentuk suatu grup dengan nama pandawa. Termasuk tempat tinggal mereka yang sering dilanda banjir.
Mereka berinisiatif untuk membuat perkumpulan ini lebih bermanfaat, dengan melakukan kegiatan pemungutan sampah-sampah di kali yang terjadi penyumbatan air sehingga berujung banjir. Aksi ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat karena kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar.
Bangganya masyarakat kepada Pandawa karena vibes mereka tidak mencari sensasi melainkan menunjukkan aksi yang dampaknya bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk masyarakat. Inilah yang dimaksud bahwa anak muda saat ini harus banyak membuat konten-konten inspiratif untuk mengedukasi masyarakat sembari menutupi banyaknya konten yang hanya bersifat sensasional.
Selain Pandawa, kini yang menjadi perhatian yaitu bocah SD asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang juara satu lomba matematika tingkat dunia. Saat orang-orang sibuk menonton Fajar Sadboy, anak yang viral karena putus cinta dan selalu mengumbar kalimat-kalimat cinta yang tiada untungnya, bocah NTT memilih untuk mengikuti lomba dan dapat mengharumkan nama negaranya.
Dengan kecerdasan yang dimiliki membuat semua orang kagum, karena saat ini sudah sangat sulit menemukan orang-orang yang berprestasi, tetapi yang sangat disayangkan adalah kurangnya pemanfaatan media sosial terhadap anak-anak berprestasi itu. Padahal ini menjadi momentum yang dapat membangun semangat belajar untuk kemajuan bangsa yang lebih baik. []
——
Nurul Azmi Pora, Anggota Forum Studi Independensia
Kejaksaan Negeri (Kejari) Ternate berpotensi menjemput paksa terdakwa kasus penyebaran berita bohong (hoaks) dan pencemaran…
Tim penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Maluku Utara dalam waktu dekat akan menggelar…
Tim penyidik Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Ternate menyerahkan tiga anggota Satpol PP, yang…
Bupati Halmahera Utara Piet Hein Babua dan Wakil Bupati Kasman Hi Ahmad, secara resmi melepas…
Dua pemain bintang Malut United, Yakob Sayuri dan Yance Sayuri, secara resmi melaporkan sejumlah pemilik…
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, melantik 31 pejabat struktural…