Sophia
Oleh: Sophia*
SEPERTI lomba balapan, setiap kepala pemerintahan baik presiden, gubernur, wali kota, maupun bupati, begitu bertekad merealisasikan janji politiknya. Janji politik merupakan mapping dan road map layaknya hutang yang perlu dibayar dalam kurun waktu lima tahun. Tak terkecuali Gubernur Provinsi Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos.
Dalam beberapa wawancara, Sherly kerap membeberkan komitmen dan keberhasilan kepemimpinannya menuju 100 Hari Kerja hingga menanjak ke sembilan bulan usia pemerintahannya. Keberhasilan itu berupa pendidikan dan kesehatan gratis, juga pertumbuhan ekonomi yang sangat melejit di angka 39,10 persen pada triwulan ke-III menurut data BPS tertinggi di Indonesia.
Pada sesi podcast bersama Merry Riana, Sherly mengatakan, “sejak kecil saya punya self image yang cukup baik jadi tidak begitu peduli apa kata orang”. Frasa ini cukup ambisius, individualistik dan menegaskan sikap menerima kritik tapi acuh tahu. Mark Manson (2016) dalam bukunya Sebuah Seni untuk Bersikap Bodoh Amat menegasikan aspek psikologi individu dan rasio publik yang tidak perlu berjalan beriringan.
Mark menekankan focus pada tujuan tanpa pedulikan sherine kritikan yang lahir dari mulut orang-orang yang dianggap berseberangan. Sepertinya tanpa membaca Mark pun Sherly paham bagaimana menegosiasi emosi public dengan psikologinya yang menanggapi ‘perang’ dengan tenang.
Gesture Gub Sherly di Depan Camera
Seorang psikoloanalisis lama, Sigmund Freud dalam bukunya The Ego and the Id (1923) membagi tiga kepribadian manusia yakni Id, ego dan Superego. Di mana Id erat kaitannya dengan bagian paling dasar dan primitive dari kepribadian, berada sepenuhnya dalam ketidaksadaran, bertindak berdasarkan kesenangan pribadi, mencari kepuasan dan menghindari ketidaknyamanan.
Pada posisi ini, seseorang akan merasa benar dengan kekuatan impulsive tanpa control moral dan logika. Sedangkan Ego lahir dari Id namun beroperasi dengan kesadaran, prasadar dan ketidaksadaran. Kemudian dalam perkembangannya Ego menjadi mediator antara Id dan Superego. Di mana Superego merupakan branding diri seseorang menuju titik kesempurnaan namun cenderung berbentur dengan keinginan.
Jika dikaitkan dengan Id, Gesture Sherly di hadapan camera merupakan reinkarnasi dari ketidaksadarannya dalam menanggapi berbagai gertakan dan kritikan dari rakyat Maluku Utara yang masih melek pada ketimpangan kemiskinan, disakurasi kesejahteraan dan alibi non pencitraan yang tidak berbanding lurus dengan kemolekan kata-kata dan gaya bahasa yang diframing dari satu podcast ke podcast lainnya. Dari satu konten ke konten lainnya.
Seperti tulis Rheinald Kasali dalam Camera Branding: Cameragenic vs Auragenic (2013), bahwa branding sebagai framing yang bisa menonjolkan sisi tertentu dan menyembunyikan sisi lainnya. Dengan pengaruh Id yang kuat, pasca rilisan Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) tentang data gurita bisnis tambang miliknya beberapa waktu lalu, Sherly langsung tampil di podcast Denny Sumargo.
Dengan apik, Sherly menjelaskan ketidaksiapannya menjadi Gubernur sebab secara personality Ia tak suka politik, ia pun ingin meyakinkan public bahwa dia dan keluarganya punya kehidupan yang layak tanpa perlu menjadi gubernur, dan seakan ada pesan eksplisit dan spontanitas bahwa dia sudah melepas tanggung jawab mengurus perusahaan secara administrative karena jabatannya sebagai orang nomor di Maluku Utara dan juga atas perintah UU Minerba.
Namun frasa tersebut seolah menyepakati izin operasi tambang miliknya tanpa melihat dampaknya pada kerusakan ekologi, kesejahteraan dan kesehatan masyarakat lingkar tambang. Ini yang dimaksud Rheinald tentang Branding. Bahwa camera menyembunyikan pesan sebenarnya dari apa yang ditampilkan. Freud menyebutnya Superego, di mana Sherly ingin tampil ideal sebagai pemimpin namun tidak lahir secara alami dari keinginan awalnya yang hanya sebagai seorang ibu rumah tangga tetapi juga sebagai pemegang saham di beberapa perusahaan tambang di Maluku Utara.
Dari Denny Sumargo, Sherly kemudian bergeser ke Kompas TV pada sesi wawancaranya bersama Rosianna Silalahi. Dengan gesture yang tetap percaya diri Sherly justru membeberkan bahwa dia tidak mengantongi data kerusakan lingkungan. Sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan. Apatisisme pun terlihat pada saat Rosi bertanya tentang pencitraan dengan gamblang ia menjawab, “bagi saya pencitraan itu sesuatu yang saya katakan tidak saya lakukan. Yang saya lakukan adalah publikasi. Saya menginformasikan apa yang saya lakukan, saya tidak butuh orang menyukai saya, saya punya citra diri yang cukup baik, saya tidak butuh validasi dari orang, saya membutuhkan output untuk kepuasan diri saya”.
Dalam etika pejabat public menurut Herbert J. Simon, pengambilan keputusan secara rasional sebagai inti perilaku birokrasi. Sebagai pengendali regulasi dan juga pemangku kebijakan, sikap individualis gubernur mencirikan warna pemerintahan yang liberalistic. Yakni segala ikhwal diputuskan secara personal tanpa mempertimbangkan harmonisasi sesama antar birokrasi di Provinsi Maluku Utara dan juga relevansinya dengan psikologi masyarakat.
Retorika Ala Gub Sherly
Dalam definisi umum retorika mencakup pemilihan kata (verbal), gaya berbicara (vocal) dan penjelasan secara simbolik lewat bahasa tubuh (visual). Pada pertarungan seperti debat politik, debat public, diskusi, kampanye, banyak yang mematahkan lawannya dalam pertarungan bukan karena mereka paham segala hal tetapi karena mereka lihai dalam strategi menyusun kalimat. Retorika begitu berpengaruh dalam struktur kehidupan public.
Oh Shu Yang dalam bukunya Bicara itu Ada Seninya membagi beberapa jenis strategi berbicara salah satunya membangun persuasi. Strategi ini mengajarkan cara menyampaikan ucapan agar lawan bicara tertarik dan memihak, termasuk penggunaan storytelling, repetisi (pengulangan), dan teknik negosiasi.
Sherly cukup berhasil meraih keberpihakan positif lewat public speakingnya, pesan moral yang disampaikan lewat verbal, vocal dan visualisasi feminitasnya di hadapan media tersampaikan. Terutama tepat pada empati kemanusian masyarakat sehingga membangun harapan hidup yang tinggi di provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat di tengah krisis ekologi ini.
—-
Penulis merupakan seorang aktivis perempuan yang gandrung menikmati kopi
Tradisi penyulingan minyak cengkih kembali menjadi ruang belajar bersama dalam Workshop & Diskusi “Minyak Cengkih:…
Malut United menargetkan kemenangan keenam beruntun saat bertandang ke markas Persita Tangerang pada pekan ke-13…
Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himagri) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate sukses menyelenggarakan rangkaian acara Dies Natalis Ke-IX…
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) mendapatkan penghargaan atas upayanya bertransformasi dalam memberikan…
Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polres Ternate, Maluku Utara, berhasil meringkus dua orang terduga pelaku dalam…
Gamalama Corruption Watch atau GCW Maluku Utara, mendesak kejaksaan tinggi mengusut dugaan korupsi pengadaan 30…