Categories: News

Peneliti BRIN Ungkap Temuan Terbaru Spesies Keong Darat di Pulau Bacan

Spesimen baru keong darat ditemukan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Penelitian sejak tahun 2022 itu dilakukan oleh peneliti BRIN Ayu Savitri Nurinsiyah dan tim bersama Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) yang diwakili Ibnu Wahab Laitupa dalam ekspedisi mereka melalui pendanaan BRIN.

Dalam penelitian tersebut, dikemukakan bahwa Pulau Bacan kembali mengungkapkan keanekaragaman hayati yang luar biasa dengan 9 catatan sebaran baru untuk keong darat, termasuk penemuan satu spesies baru, yakni Diancta Batubacan sp. nov.

Penelitian yang dimulai dengan ekspedisi tahun 2022 dan telaah serta penulisan hingga tahun 2024 ini mencatatkan 27 spesies dari 11 famili, dengan spesies trochomorpha ternatana menjadi yang paling melimpah.

Temuan ini menambah jumlah spesies keong darat di pulau tersebut menjadi 56 sekaligus memberikan gambaran mengenai pentingnya keberagaman biota di kawasan Wallacea tersebut.

Menurut para peneliti, Pulau Bacan memang merupakan bagian dari kawasan Wallacea yang dikenal kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk keong darat.

Penelitian tentang biota di Pulau Bacan telah dimulai sejak eksplorasi Alfred Russel Wallace pada tahun 1858–1859 yang mengumpulkan berbagai spesimen termasuk jenis keong darat.

Koleksi Wallace kemudian dikaji oleh Pfeiffer (1861) yang mendeskripsikan beberapa spesies seperti Helix Ignescens dan Helix batchianensis yang kemudian menjadi sinonim Trochomorpha ternatana. Sebanyak 15 kajian yang mencatat keberadaan keong darat di Pulau Bacan telah dilakukan dalam rentang waktu 1861 hingga 1963.

Ekspedisi tim peneliti BRIN dan UMMU berhasil mengoleksi 555 spesimen yang terdiri dari 27 spesies keong darat. Seluruh spesimen keong darat yang ditemukan di Pulau Bacan disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah, BRIN, Cibinong.

Berdasarkan hasil telaah dari koleksi spesimen dan literatur hingga tahun 2024, penelitian ini berhasil mencatat sebaran baru untuk 9 spesies keong darat dan satu spesies baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, yaitu Diancta Batubacan sp. nov.

Penemuan ini menjadikan jumlah total spesies keong darat di Pulau Bacan meningkat menjadi 56, di antara 56 spesies, sebanyak 13 spesies keong darat tercatat hanya ditemukan di Pulau Bacan. Spesies Trochomporpha ternatana menjadi spesies yang paling melimpah ditemukan.

“Penemuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa Pulau Bacan menjadi rumah yang baik bagi keanekaragaman hayati Indonesia termasuk keong darat, dan masih banyak keragaman hayati disana yang belum sepenuhnya terungkap,” ujar Ayu Savitri Nurinsiyah dalam keterangan tertulis yang diterima cermat, Selasa, 6 Mei 2025.

Penelitian BRIN dan UMMU dilakukan di lima lokasi yang mewakili keragaman habitat di Pulau Bacan, mulai dari kebun dan semak-semak hingga hutan karst yang unik. Lokasi-lokasi ini dipilih untuk memahami keragaman habitat Pulau Bacan. Jumlah spesies keong darat paling banyak tercatat pada kawasan karst yang memiliki tutupan hutan, lebih tinggi dibandingkan lahan pertanian.

“Ini menegaskan bahwa hutan karst memiliki peran penting dalam mendukung populasi keong darat,” kata Ayu.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya survei sistematis dan identifikasi integratif untuk memahami keragaman dan pola biogeografi keong darat di Maluku Utara khususnya Pulau Bacan.

“Penelitian ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang keanekaragaman hayati, tetapi juga memberikan gambaran lebih lengkap mengenai distribusi spesies di kawasan Wallacea.”

Sebelumnya, Ayu dan tim peneliti PRBE juga menemukan spesies baru keong darat di Pulau Moti, Maluku Utara, yang diberi nama Palaina motiensis.

“Masih banyak keanekaragaman hayati keong darat di Maluku Utara dan Wallacea yang menunggu untuk diungkap. Keanekaragaman hayati itu seperti potongan puzzle yang membentuk gambar indah. Kalau kepingan-kepingannya hilang, maka gambar indah itu tidak akan sempurna. Oleh karena itu, penting kita kenali dan jaga keanekaragaman hayati Indonesia beserta habitatnya agar gambar indah ciptaan Yang Kuasa dapat bermakna,” pungkas Ayu.

Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal ZooKeys: Ayu Savitri Nurinsiyah et al., Land snails of Bacan Island, Indonesia, ZooKeys 1233: 207–243 (2025), DOI: 10.3897/zookeys.1233.143563.

cermat

Recent Posts

Jadi Tamu Spesial RRI Kendari, Sekda Taliabu Paparkan Pembangunan Daerah Kepulauan

Sekretaris Daerah Pulau Taliabu, Maluku Utara, Salim Ganiru berkesempatan menjadi narasumber utama dalam program talkshow…

4 jam ago

Pengurus DPD Gerindra Kunjungi Polda Maluku Utara

Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Maluku Utara resmi melakukan kunjungan ke Polda dalam…

4 jam ago

Wakil Bupati Halut Sidak Kantor PDAM Usai Cekcok Karyawan dan Direktur

Wakil Bupati Halamhera Utara (Halut), Kasman Hi Ahmad, melakukan inspeksi mendadak ke Kantor Perusahaan Daerah…

4 jam ago

Pemda Morotai Gelar Pelepasan Jemaah Calon Haji

Pemerintah Daerah (Pemda) Pulau Morotai, Maluku Utara, resmi menggelar pelepasan Jemaah Calon Haji (JCH) tahun…

6 jam ago

Bikin Macet, Parkir Tepi Jalan di Kota Ternate Tuai Kritik

Kebijakan parkir tepi jalan di pusat perkotaan Ternate, Maluku Utara menuai kritik. Penataan parkir tersebut…

11 jam ago

Polisi: Banyak Pihak Akan Jadi Tersangka Kasus Tambang Ilegal di Halsel

Polisi memastikan terdapat banyak pihak yang akan menjadi tersangka dalam kasus aktivitas pertambangan emas ilegal…

12 jam ago