Ivent Rantau Fest Universitas Indonesia di Jakarta. Foto: Istimewa
Rantau Fest menjadi ruang konsolidasi gagasan bagi orang muda rantau asal Maluku Utara untuk merumuskan ulang makna kontribusi terhadap daerah. Mengusung narasi “Belajar jauh-jauh, balik bangun Maluku Utara”, kegiatan ini menegaskan bahwa proses merantau merupakan bagian dari upaya membangun kapasitas diri yang pada akhirnya diarahkan bagi kepentingan pembangunan daerah.
Founder Teman Tumbuh Foundation, Siti Syafira Abdullah, mengatakan bahwa kepulangan fisik ke daerah tetap menjadi cita-cita ideal. Namun, ia menilai realitas generasi muda saat ini menuntut pendekatan yang lebih adaptif. Menurutnya, keterbatasan ekosistem kerja, ruang aktualisasi, serta proses bertumbuh membuat tidak semua anak rantau dapat segera kembali ke daerah.
“Kondisi itu tidak boleh dimaknai sebagai putusnya kontribusi. Justru di sinilah pentingnya menjaga orientasi dan keberpihakan pada daerah,” ujar Syafira, Senin 22 Desember 2025.
Syafira mendorong konsep hybrid contribution, yakni bentuk kontribusi yang tetap berorientasi pada Maluku Utara meskipun dilakukan dari luar daerah. Kontribusi tersebut dapat berupa penguatan jejaring nasional, advokasi kebijakan, produksi gagasan berbasis data, hingga pembangunan narasi publik yang berpihak pada kepentingan daerah.
“Fisik boleh belum pulang, tetapi visi harus pulang. Selama arah pikir dan kerja kita ditujukan untuk menjawab persoalan Maluku Utara, kontribusi itu tetap nyata,” katanya.
Ketua Paguyuban Mahasiswa Maluku Utara Universitas Indonesia, Rendi Marsaoli, menilai Rantau Fest sebagai momentum penting bagi mahasiswa rantau untuk merefleksikan peran sosialnya. Ia menegaskan bahwa mahasiswa tidak cukup hanya berprestasi secara akademik, tetapi juga harus memiliki kesadaran untuk terlibat dalam persoalan daerah.
“Tantangan Maluku Utara hari ini menuntut generasi muda yang berpikir kritis, berbasis data, dan berintegritas, terutama dalam isu tata kelola sumber daya dan kebijakan publik,” ujar Rendi.
Menurut Rendi, posisi anak rantau di luar daerah dapat menjadi jembatan strategis antara Maluku Utara dan pusat-pusat pengambilan keputusan. Dalam kerangka itu, hybrid contribution dipandang sebagai strategi transisi menuju kepulangan fisik yang lebih berkualitas. “Pulang tidak hanya soal hadir, tetapi soal kesiapan kapasitas dan komitmen,” ucapnya.
Melalui Rantau Fest, Teman Tumbuh Foundation bersama Paguyuban Mahasiswa Maluku Utara Universitas Indonesia berharap dapat memperkuat ekosistem anak rantau yang tetap memiliki visi pulang dan keberpihakan yang jelas terhadap daerah. Kegiatan ini diharapkan menjadi ruang dialog berkelanjutan agar proses merantau tidak menjauhkan generasi muda dari Maluku Utara, melainkan mempersiapkan mereka untuk berkontribusi secara lebih matang dan berdampak.
Oleh: Muhiddin Maulud Kader HMI Komisariat FKIP UNKHAIR Ternate “Ketika nilai Ngaku rasai diterapkan, manusia…
Maluku Utara dikenal sebagai provinsi yang memiliki sumber daya yang melimpah namun di balik itu…
Malut United FC harus puas meraih kemenangan 0-1 di Kandang PSM Makassar dalam lanjutan Super…
Oleh: Lutfi Saleh, ST* PERKEMBANGAN industri pertambangan khususnya nikel telah mengubah Maluku Utara secara…
Sebagai bagian dari komitmen mendukung upaya nasional dalam penanggulangan bencana dan penguatan solidaritas kemanusiaan, PT…
Oleh: Rinto Taib Penggagas Museum Alfred Russel Wallace Tujuh tahun perjalanan cermat yang sebelumnya merupakan…