Sekira 100 meter dari arah tenggara Kedaton Kesultanan Ternate, Maluku Utara, masjid itu tampak berdiri kokoh. Minggu siang itu, kru cermat melawat ke Sigi Lamo atau Masjid Sultan untuk menyaksikan bangunan religi ini. Nuansa klasik bercampur suasana adat yang kuat menyelimuti kami ketika menyaksikan langsung masjid bersejarah tersebut.Sigi Lamo yang berarti masjid besar memang disebut menjadi bukti keberadaan kesultanan Islam pertama di timur Nusantara pada masa lampau. Ia terletak di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate.

Meski belum diketahui pasti kapan dibangun, sejak Sultan Zainal Abidin memimpin, masjid ini diperkirakan sudah dirintis. Sumber lain menyebut bahwa pendiriannya baru dilakukan pada awal abad ke-17, yakni sekitar tahun 1606 di masa Sultan Saidi Barakati.

Komposisi Bangunan

Jika dilihat, Masjid Sultan Ternate dibangun dengan komposisi bahan bangunan yang terbuat dari susunan batu, memiliki bahan perekat dari campuran kulit kayu pohon kalumpang.

Sementara, arsitekturnya mengambil bentuk segi empat dengan atap berbentuk tumpang limas. Arsitektur ini tampaknya merupakan gaya arsitektur khas masjid-masjid awal di Nusantara.

Meski demikian, Masjid Sultan Ternate memiliki keunikan tersendiri karena hingga sekarang tradisi yang hidup di dalamnya masih tetap dilestarikan oleh masyarakat.

Aturan Adat

Tak hanya gaya arsitekturnya, Masjid Sultan Ternate juga memiliki ragamaturan adat yang cukup tegas, seperti aturan tentang larangan memakai sarung dan wajib mengenakan celana panjang bagi jemaah, kewajiban memakai penutup kepala atau kopiah, hingga larangan bagi perempuan untuk beribadah di masjid ini.

Aturan ini berasal dari petuah para leluhur (Dora Bololo, Dalil Tifa, serta Dalil Moro) yang sampai sekarang masih ditaati oleh masyarakat Ternate, terutama masyarakat yang berada di lingkungan kedaton.

Imam Masjid Sultan Ternate, Jou Kalem atau Kadhi, menyebutkan, bahwa sejumlah larangan ini memiliki dasar aturan yang sudah disepakati. Sejak dulu, secara umum, masjid memang menjadi salah satu tempat yang dianggap suci dan dihormati oleh masyarakat Ternate.

Larangan untuk Perempuan

Selain itu, ada juga larangan bagi kaum hawa untuk beribadah di Masjid Sultan Ternate. Hal tersebut didasarkan pada alasan untuk menjaga kesucian masjid, yakni agar sebuah masjid terhindar dari ketidaksengajaan perempuan yang tiba-tiba saja mengalami datang bulan (haid).

Larangan ibadah bagi perempuan ditengarai dapat mengalihkan kekhusyukan dalam menjalankan ibadah. Sementara itu, larangan bagi jamaah yang memakai sarung atau pakaian sejenisnya didasarkan pada alasan yang bersifat tasawuf.

Petugas penertiban aturan dalam masjid ini, biasa dikenal dengan sebutan balakusu atau penjaga masjid. Jika ada jamaah yang memakai sarung, maka sang balakusus akan menegurnya untuk mengenakan celana panjang. Jika tidak, maka jamaah tersebut disarankan untuk salat di tempat lain.

Bukan cuma itu, salah satu kewajiban yang harus dipatuhi dalam Masjid Sultan ini adalah jamaah diharuskan memakai penutup kepala atau kopiah. Ini supaya jamaah tidak terganggu oleh helai-helai rambut ketika sedang melakukan salat.

Pemberlakuan aturan ini sungguh tidak pandang bulu, sehingga harus ditaati oleh seluruh lapisan masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah di masjid ini, termasuk Sultan dan para kerabatnya.

Ritual Keagamaan

Salah satu tradisi tahunan yang diadakan di Masjid Sultan Ternate adalah perayaan Malam Qunut yang jatuh setiap malam ke-16 bulan ramadan. Pada tradisi ini, sultan dan para kerabatnya dibantu oleh Bobato Akhirat (dewan keagamaan kesultanan) mengadakan ritual khusus yang disebut Kolano Uci Sabea, yang berarti turunnya sultan ke masjid untuk salat dan berdoa.

Kolano Uci Sabea biasanya dimulai dari kedaton menuju masjid untuk melaksanakan salat tarawih. Sekitar pukul setengah delapan waktu setempat, sultan akan ditandu oleh pasukan kerajaan menuju masjid dan diiringi alunan alat musik totobuang (semacam gamelan) yang ditabuh oleh sekitar dua belas anak kecil yang mengenakan pakaian adat lengkap di depan tandu sultan. Konon katanya, alat musik ini merupakan pemberian Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) ketika salah seorang Sultan Ternate berguru kepadanya.

Sebelum salat Tarawih dilakukan, para muadzin yang terdiri dari empat orang, mengumandangkan adzan secara bersamasama. Menurut sebagian orang, ini untuk mengingatkan masyarakat Ternate tentang empat Soa (kelurahan pertama) di daerah Ternate. Empat Soa ini yaitu Soa Heku (Kelurahan Dufa-Dufa), Soa Cim (Kelurahan Makassar), Soa Langgar (Kelurahan Koloncucu), dan Soa Mesjid Sultan sendiri.

Namun, ada juga yang percaya bahwa pengumandangan adzan oleh empat muadzin tersebut melambangkan empat kerajaan terkuat yang masih saling bersaudara di kawasan Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Keempat kerajaan ini. Dalam kepercayaan masyarakat setempat biasa disebut Moloku Kie Raha (empat gunung atau kerajaan).

Usai melaksanakan tarawih, sultan akan pulang ke kedaton dengan ditandu kembali seperti ketika keberangkatannya ke masjid. Di kedaton sultan bersama permaisuri (Boki) akan memanjatkan doa di ruangan khusus, tepatnya di atas makam keramat leluhur.

Dalam satu tahun, ritual Kolano Uci Sabea dilaksanakan empat kali, antara lain pada Malam Qunut, Malam Lailatul Qadar (keduanya pada bulan Ramadhan), serta pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pelaksanaan Kolano Uci Sabea sudah dilakukan secara turun temurun oleh setiap Sultan Ternate hingga di masa kini.

Bukti adanya masjid dan kepercayaan yang menjadi ritus sebuah negeri menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki peradaban yang cukup luar biasa di masa lampau. Kota Ternate, tak hanya dikenal sebagai kota yang kaya akan tanaman rempah, tetapi juga kota yang penuh dengan sejarah dan peradaban-peradaban besar.

redaksi

Recent Posts

Herman Oesman: IPM Kota Ternate tidak Sekadar Angka Statistik

Pemerintah Kota Ternate baru saja gembira, dengan perolehan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menorehkan 83…

56 menit ago

Pentingnya Museum Alfred Russel Wallace di Kota Ternate

Kepala Museum Rempah Kota Ternate, Rinto Taib secara aktif mendorong percepatan pembangunan Museum Alferd Russel…

6 jam ago

HAJAT 2025: Gastronomi Orang Ternate

Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara memastikan kesiapan pelaksanaan HAJAT (Hari Jadi Ternate) 2025 dengan konsep…

6 jam ago

Pemkot Ternate Beri Layanan Mudik Gratis untuk Warga Batang Dua

Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara beri layanan transportasi publik gratis jelas Natal 2025 dan tahun…

21 jam ago

Gelar Muscab, ISEI Ternate Gaungkan Peran Penting Anggota

Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Ternate resmi menggelar seminar nasional dan musyawarah cabang ke-6…

1 hari ago

Gerakan Pangan Murah Pemkab Morotai Jelang Nataru

Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, menggelar gerakan pangan murah sebagai upaya mengantisipasi inflasi daerah…

2 hari ago