Sekretaris Kota Ternate Rizal Marsaoly saat bertemu dengan para inisiator kegiatan Earth Hour di ruang kerjanya. Foto: Faris/ cermat
Eart Hour 2025, ivent terbesar memanfaatkan waktu 60 menit untuk menyatukan manusia di seluruh dunia yang sering diselenggarakan berbagai negara ini, akan diselenggarakan di Kota Ternate, Maluku Utara saat pertengahan Ramadan.
Inisiasi terselenggakan moment besar ini, setelah Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara, melakukan pertemuan dengan berbagai pihak pada Februari, Minggu lalu.
Earth Hour yang dikenal “mematikan lampu” sebagai penanda untuk mempersatukan manusia dalam menjaga planet bumi berfungsi sebagai suar pembawa harapan positif, dan memberikan inspirasi untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang, khususnya yang belum sepenuhnya terlibat dalam isu lingkungan hidup.
Sekretaris Kota Ternate Rizal Marsaoly mengatakan, ivent besar ini harus dilaksanakan dengan khidmat, apalagi, dalam moment Ramadan. Juga pelaksanaannya mendekati malam Lailatul Qadar.
Selain itu, Rizal Bilang, kegiatan mematikan lampu pada event ini, mengingatkan ia pada kebiasaan atau bisa dikata tradisi orang tua terdahulu.
“Dulu, orang tua saya, punya kebiasaan saat malam ketika mau tidur. Itu seluruh lampu di rumah akan dimatikan. Lalu dibiarkan satu lampu yang menyala. Sekarang, biasaan itu banyak yang kita lupa. Padahal, itu kebiasaan yang positif untuk menjaga bumi. Tradisi menghemat energi,” kenang Rizal.
Ivent ini, katanya, adalah langkah awal untuk menyatukan banyak orang untuk bersama memperhatikan lingkungan hidup. Setelah dari ivent ini, secara bersama akan ada tindakan bersama soal penanganan sampah di Kota Ternate.
Ia bilang,isu lingkungan khususnya penanganan sampah harus menjadi isu bersama. Sebab itu, Rizal berinisiatif untuk mengait banyak orang untuk turut terlibat membantu persoalan sampah di Kota Ternate.
Selain itu, kata Rizal, ivent ini juga sejalan dengan tradisi orang Ternate seperti Ritual Sigofi Gam.
Ritual itu, kata Rizal, selalu dibuat saat Ramdan. Para perangkat kesultanan akan keliling kampung proses tawaf, mereka lalu berhenti di setiap pertigaan dan perempatan kampung untuk membaca doa tolak bala, yang dipimpin seorang Joguru (Imam). Tradisi ini, untuk membersihkan Bubaku Wosa Gam (Negeri Dilanda Wabah).
Rizal bilang, dalam waktu dekat ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan seluruh instansi hingga pertokoan, agar secara bersama mematikan lampu. Namun listrik tetap menyala.
Ivent ini, katanya, akan dipusatkan di Landmark. Pada momen itu, ada penampilan acustik music tradisi sambil menyalakan lilin.
Selain itu, tempat ibadah dan rumah sakit tetap dinyalakan, sebab, selama Ramadan, setiap masjid di Ternate ada tadarusan. “Yang perlu diingat adalah mematikan lampu bukan memadamkan listrik,” ujar Rizal.
Kejaksaan Negeri (Kejari) Ternate berpotensi menjemput paksa terdakwa kasus penyebaran berita bohong (hoaks) dan pencemaran…
Tim penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Maluku Utara dalam waktu dekat akan menggelar…
Tim penyidik Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Ternate menyerahkan tiga anggota Satpol PP, yang…
Bupati Halmahera Utara Piet Hein Babua dan Wakil Bupati Kasman Hi Ahmad, secara resmi melepas…
Dua pemain bintang Malut United, Yakob Sayuri dan Yance Sayuri, secara resmi melaporkan sejumlah pemilik…
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, melantik 31 pejabat struktural…