Categories: News

Imbas Konflik Organda, Nahkoda Speedboat Loleo-Ternate Akui Penghasilan Menurun


Sejumlah nahkoda speedboat rute Loleo-Ternate di Maluku Utara mengaku penghasilan mereka menurun lantaran terjadi konflik antar organisasi angkutan darat (Organda).

“Sudah hampir dua bulan ini penghasilan kami menurun sejak konflik ini terjadi. Karena itu, kami berharap pemerintah secepatnya mengambil langkah penyelesaian,” ucap Sudirman, salah satu nahkoda speedboat kepada cermat, Rabu, 10 Juli 2024.

Menurut Sudirman, kondisi ini bermula ketika para sopir Organda Weda Halmahera Tengah tak lagi beroperasi di trayek Pelabuhan Speedboat Loleo, Tidore Kepulauan. Hal itupun membuat penumpang menjadi sepi.

“Bukan hanya torang  (kami) yang terdampak, tapi juga pedagang di kawasan pelabuhan speed. Saya bisa bilang torang punya penghasilan bahkan menurun sampai 90 persen dibandingkan sebelumnya,” kata Sudirman.

Sementara itu, Ketua Koperasi Pelabuhan Speedboat Kota Baru, Yacub Abdul Kadir menjelaskan bahwa masalah ini buntut dari gejolak Organda Loleo dan Organda Weda.

“Hal itu kemudian membuat para sopir Organda Weda tidak lagi mengangkut penumpang ke Pelabuhan Loleo. Kami juga menerima surat dari Organda Weda tertanggal 28 Mei, yang berisi tiga tuntutan, di antaranya mereka meminta agar tiga oknum DPUK Organda Loleo ini ditarik kembali menjadi anggota biasa,” ucap Yacub.

Dia menuturkan, insiden tersebut lantas berdampak pada aktivitas pengangkutan penumpang di Dermaga Speedboat Loleo-Kota Baru. Pihaknya sudah beberapa kali melakukan mediasi dengan pemerintah agar masalah ini cepat diselesaikan, namun hingga kini gejolak masih terjadi.

“Pemerintah Kota Tidore Kepulauan jangan seakan-akan mengabaikan masalah ini, padahal berdampak serius terhadap mata pencaharian warga. Mereka para motoris ini juga kan mencari nafkah untuk keluarganya,” tegas Yacub.

“Karena itu, dengan hormat saya meminta Pemerintah Kota Tidore Kepulauan secepatnya melihat hal ini. Jangan sampai timbul masalah lain lagi dan ujung-ujungnya masyarakat yang disalahkan, ini harus diperhatikan sehingga aktivitas angkutan di pelabuhan bisa normal kembali,” sambungnya.

Yacub juga menyebut semenjak konflik Organda terjadi, manifest penumpang dan jumlah speedboat yang beroperasi turut mengalami penurunan. “Biasanya sampai 16 kali operasi, kini bahkan cuma 9 kali setiap hari,” ujarnya.

Hal yang sama juga dikeluhkan nahkoda speedboat lainnya, Arifin (39 tahun), yang merupakan warga Loleo. Arifin mengatakan saat ini kondisi ekonomi di kawasan pelabuhan speedboat Loleo mengalami penurunan drastis.

“Kondisi ekonominya sudah sangat parah. Ibu-ibu tidak bisa berjualan dan tidak bisa buka rumah makan. Penumpang sudah sepi. Jadi pemerintah harus berupaya memulihkan kondisi tersebut,” harap dia.

cermat

Recent Posts

Disdik Pulau Taliabu Dorong Bahasa Daerah Masuk Pelajaran Sekolah

Dinas Pendidikan (Disdik) di Pulau Taliabu, Maluku Utara, berkomitmen mendorong kurikulum bahasa daerah masuk dalam…

6 jam ago

Unkhair dan IPB Bahas Kerja Sama Bidang Riset

Universitas Khairun (Unkhair) Ternate menerima kunjungan Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Pemberdayaan Masyarakat Agromaritim…

6 jam ago

Ini Pesan Kasat Lantas Polres Ternate di HUT ke-70 Lalu Lintas

Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Ternate, AKP Farha, mengimbau seluruh masyarakat, khususnya para pengendara, untuk…

7 jam ago

Kantah Halmahera Barat Hadiri Peringatan 65 Tahun UUPA di Kanwil BPN Maluku Utara

Dalam rangka memperingati 65 Tahun Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Tahun 1960, jajaran Kantor Pertanahan (Kantah)…

8 jam ago

Mulai 2026, Pengelolaan Anggaran Desa di Morotai Wajib Berbasis Online

Pemerintah Daerah Pulau Morotai, Maluku Utara, menegaskan bahwa mulai tahun 2026 seluruh proses pengelolaan anggaran…

12 jam ago

Rumah Makan Ayam Bakar Pak RT di Ternate Terbakar, Kerugian Capai Rp 200 Juta

Dapur Rumah Makan Ayam Bakar Pak RT yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Muhajirin,…

16 jam ago