Oleh: Zainuddin M. Arie*

Di mulut gang, tak jauh dari masjid. Cahaya terang teras masjid megah itu meremang sampai ke sini. Aku akan pulang setelah mengecek dan mendengar laporan penyaluran zakat. Aku harus bercepat. Tiba-tiba sesosok tubuh menampak di depanku, hampir saja menabraknya. Ia duduk agak di tepi jalan pinggir parit remang itu. Berdiam, terlihat lelah agak gemetar.

“Hai, nyong kacil, ini hari raya, bikiapa kong ngana manangis?”  Anak usia enam tahunan itu tak mau mengangkat wajahnya. Bau tak sedap meruar dari baju kumal, compang-camping dan kotornya. Tangannya merepas kuat-kuat kantong kresek, takut aku merebutnya. Remah roti berjamur terlihat di antara jemarinya yang kotor. Bocah itu agak gemetaran. Dia menggeleng dalam tunduknya.

Takbir mendayu dari masjid megah yang riang, terang benderang. Orang-orang berbaju koko putih tampak berwajah gembira lalu-lalang. Refleks kuteringat sesuatu.

“Halo, pa Aji, berapakah anak terlantar mustahik dalam daftar kita sampai tadi malam?” tanyaku. Lalu terdengar jawaban dari ujung sana.

“Apakah semua anak telah terdaftar?”

“Semuanya sudah” Jawaban lagi dari sana.

“Apakah tak terlewatkan seorang anak tujuh tahun?”

“Mereka tak mendaftar” Itu jawaban kunci dari sana, seperti membenarkan diri. Kumatikan telepon.  Mereka tak mendaftar, artinya panitia menunggu, bukan mencari. Agak jengkel kurasa.

“Anak, ngana pe nama sapa, kong ngana tinggal di mana?” Pertanyaan yang salah kupikir. Sejak kapan anak-anak ini punya alamat tetap? Sejak kapan mereka berumah?

“Zaidan” itu jawaban paling hemat yang disampaikannya.

Ada ngana pe tamang-tamang lagi?” kususul tanyaku.

“Ada” jawaban pendek lagi.

Banya?

Tak ada jawaban, hanya anggukan ragu.  Aku kembali mengeluarkan Hp Nokia usangku.

Assalamu ‘alaikum, Nas, apakah semua anak terlantar sudah terdata?” Tanyaku agak kasar.

“Oh, beres, beres, sudah terdata. Semua, semua” Jawab dengan nada dan gaya orang hebat dari ujung sana. Ini gaya anak-anak muda yang kemaren nyaleg dan bertingkah meyakinkan orang. Nas, salah satu caleg yang berhasil melenggang ke parlemen. Ah, ada caleg yang berhasil pada pemilihan umum, tapi kenapa ada bocah kumal ini tak tersantuni? Berhasilkah kita?   Aku berpikir, adakah hubungan diametral di situ?

“Halo, Nisa, siapakah yang kemaren mendata anak terlantar?”

“Tak ada yang pergi mendata, tak ada survey. Bang Nas hanya menunggu di sekeretariat lalu memerintahkan saya menuliskan nama para bocah jalanan itu. Jumlahnya sembilan belas, Bang, kebanyakan perempuan”

“Ah, kenapa tak ada yang mendatangi mereka?”

Waduh, ini cara kerja macam apakah?  Mestinya ada survey, ada pendataan dan mestinya mendatangi bahkan mencari-cari agar tak ada para bocah yang terlewatkan seperti saat ini. Wah, kalau pada saat pemilu, mereka medatangi orang-orang, menjajakan lembar-lembar rupiah, menjajakan kartu dan foto-foto,  bahkan membentuk tim agar tak ada pemilih yang tercecer satupun.   Tapi kini, mereka hanya menunggu. Menunggu di sekretariat megah yang bikin bocah bocah seperti ini enggan datang.

Astragfirullahal ‘adzim, surah Almaauun, terngiang-ngiang, memenuhi kepalaku yang mulai sesak. Bersegera aku berjalan cepet ke rumah.

Kotak makanan, minuman, amplop dan kardus berisi baju koko, kopiah, sarung dan sandal jepit kuikat erat-erat. Sekarung beras aku pikul di pundakku. Aku telah empat kali berkeliling rumah-rumah sekitar masjid. Kini terengah. Tembok-tembok tempat rumah-rumah kardus yang kemaren menempel telah “ditertibkan” telah kudatangi. Kosong. Aku agak capek tapi belum menyerah. Beberapa orang akau tanyai perihal bocah kumal tadi. Tak ada setitik pun info tentangnya. Aku mulai gelisah, telah pukul dua puluh empat.

Aku ingat kisah Umar Ibnul Khathab R.A yang berkeliling, patroli, lalu menemukan perempuan tua sedang merebus batu. Aku bukna Umar yang gagah dan teguh, yang sangat setia memegang amanah. Duh!

Aku tertusuk Tanya sembilu. Berhakkah kita bergembira besok saat lebaran?  Benarkan kita telah berpuasa sebulan penuh?  Apakah takbir bukan dusta saat beramai diserukan di masjid-masjid dan lapangan? Ataukah kita terlalu ketat mengenakan topeng pada wajah yang borok dan bobrok?  Aku bertanya pada hiruknya lebaran. Pada segala tingkah glamour yang dipamerkan pelaksana puasa dan penggembira Idul Fitri.

“Assalamu‘alaikum, pak lurah”. Tangan menjulur dengan tubuh membungkuk, menyalamiku. “Sedang apakah di sini, barang-barang itu terlalu berat di tanganmu, paklu …” Tanyanya lagi.

“Aku mengejar syurgaku yang hilang” jawabku sekenanya. “Dan kini nerakalah yang mengintaiku, na’udzubillahi mindzaalik” kuteruskan kataku tanpa peduli apakah dia mengerti atau tidak. Aku lagi jengkel, takut dan menyesal.

Dia menatap takut-takut ke wajahku yang menegang.

“Saya pamit, pak lurah”  Lalu bersuara perlahan, kemudian bergegas.

Takbir di masjid, menindihku. Cemas mengepungku.

Sendiri aku, sesendiri di hadapan mahkamah akhirat kelak. Aku kini berusaha tegak dengan kaki gemetar. Kupandangi barang-barang yang tak sampai ke mustahaknya. Aku terlalu takut. Sungguh!

Ternate, 1 Syawal 2024, pukul 4.00 WIT


*Penulis adalah sastrawan, bermukim di Ternate

cermat

Recent Posts

Admin Status Ternate Terancam Dijemput Paksa Setelah Dua Kali Mangkir dari Panggilan Jaksa

Kejaksaan Negeri (Kejari) Ternate berpotensi menjemput paksa terdakwa kasus penyebaran berita bohong (hoaks) dan pencemaran…

9 jam ago

Polda Malut Segera Tingkatkan Kasus Dugaan Penyimpangan Distribusi MinyaKita ke Penyidikan

Tim penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Maluku Utara dalam waktu dekat akan menggelar…

10 jam ago

Jaksa Tahan Tiga Anggota Satpol PP Tersangka Kasus Penganiayaan Jurnalis di Ternate

Tim penyidik Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Ternate menyerahkan tiga anggota Satpol PP, yang…

11 jam ago

Ini Pesan Piet-Kasman untuk 97 CJH Halmahera Utara

Bupati Halmahera Utara Piet Hein Babua dan Wakil Bupati Kasman Hi Ahmad, secara resmi melepas…

13 jam ago

Duo Sayuri Lapor Sejumlah Pemilik Akun Penebar Rasisme ke Polda Malut

Dua pemain bintang Malut United, Yakob Sayuri dan Yance Sayuri, secara resmi melaporkan sejumlah pemilik…

14 jam ago

Menteri ATR/BPN Lantik 31 Pejabat Struktural, Tegaskan Pentingnya Rotasi Berkala

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, melantik 31 pejabat struktural…

21 jam ago