Perspektif

TOMA: “Bandel, Pantang Surut”

*Oleh Zainuddin M. Arie

 

Jalan Pahlawan Revolusi, sore. Kawasan Landmark Kota Ternate dan depan Kantor Walikota Ternate, padat. Jalan yang biasanya bebas dan aman dilalui kendaraan-kendaraan bermotor dan pejalan kaki, mulai pukul 16.00 itu tak leluasa dilalui kendaraan bermotor. Kendaraan beroda dua hanya bisa bergerak perlahan, mengikuti kendaraan di depannya, beriringan bagai konvoi semut. Di sisi kiri-kanan mereka, nyaris setiap jengkal tanah telah “diduduki” massa. Petugas lalulintas harus bekerja keras mengatur arus kendaraan yang tersendat sembari menertibkan massa yang terus mengalir ke titik itu.

Bagai satu komando, semua orang, baik yang duduk maupun berdiri, mengarahkan pandangan ke selatan, ke arah videotron yang terpasang cukup tinggi menghadap ke utara, di ujung ruas jalan dua arah dari depan pelabuhan, tepat di depan Jembatan Residen.

Usai menyampaikan mata kuliah “Musik Lokal dalam Pementasan Sastra” di Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Unkhair tadi, saya berboncengan sepeda motor dengan Jo, mahasiswa asal Ambon yang akrab dengan keluarga.

Kami bergerak santai menuju kota menikmati sore yang mulai mendung. Jalanan cukup ramai mulai dari Gambesi hingga ke dalam kota. Di perempatan kantor PLN ke arah barat, kami tak bisa berbelok kanan, yang nantinya akan melewati depan pelabuhan Achmad Yani agar dapat menikmati sore di sana. Dari pantauan sekilas, jalan ke arah rencana itu cukup padat dan sulit dilalui. Motor lalu digas mengambil jalan lurus, ke dalam Kadatong Tidore, lalu Falajawa, dan berbelok kanan ke timur di samping kantor Wali Kota Ternate. Tiba di jalan pahlawan revolusi itu, lautan massa menyambut kami. Saya agak kaget mendapati massa yang padat.

Mereka duduk diam sembari sesekali menahan nafas. Semua pandangan tertuju ke monitor besar yang terpasang pada pancangan tiang di depan. Saya baru sadar, bahwa hari ini, laga MU berlangsung di Langsa, sebagaimana info di medsos. Dan kinilah saatnya pertempuran itu berlangsung.

Sekonyong saya teringat Asgar Shaleh. Dia pasti tak bisa diam dan sulit tenang di Negeri Cut Nya’ Dhien, sana. Doa bagi kekuatan anak-anak Maluku Utara, muncul begitu saja dari lubuk batin saya. Mereka sedang mengusung martabat dan nama baik Moloku Kie Raha di lapangan hijau. Akhir laga, seperti diketahui, MU belum bisa tersenyum lega, namun sihir toma masih menguat. Duel masih akan dilanjutkan pada pekan depan, Persiraja akan dijamu MU di Stadion Madia GBK.

“Toma”, mantra penggegas, penggerak
Iring-iringan sekitar lima puluh sepeda motor lewat di depan Hypermart, di bawah guyuran hujan. Malam menuju pukul dua puluh lebih, diterpa angin menusuk kulit nyaris hingga ke tulang, iring-iringan itu tetap bandel berkonvoi, meneriakkan “toma, tooomaa”. Saat sesekali menggigil di bawah derai lebat hujan malam itu. Pada genangan air di jalan dua arah ini, lamunan saya kembali ke lelaki bertubuh penuh, berambut cepak, yang selalu ditunggu awak Teater Anak Bangsa.

Abang Ga, demikian dia disapa, tak cuma sekali bertandang ke kegiatan TAB, meski pada sempitnya waktu yang dia punya. Setahu saya sejak tahun 2023, Ga terlibat mengurusi berbagai hal yang berkaitan dengan lapangan rumput dan si kulit bundar yang melibatkan sejumlah anak muda di daerah ini. Jadilah dia lelaki yang tak selalu berada di Ternate. Dia seolah telah “bakos” atau pindah KTP di Ibu Kota.

Pada hari-hari jelang the “D” day, di media sosial yang akrab dengan anak-anak muda Kota Ternate, saya selalu bertemu kata “toma”, bila muncul kiriman pesan yang bicara tentang sepak bola, yang saat itu sedang hangat di bicarakan soal pertarungan Malut United yang sedang berlaga di negeri orang.

“Tomaaa”, sekali lagi teriakan itu mengagetkan saya. Kali ini lebih keras. Lamunan pun buyar. Lagi-lagi kosa kata khas orang timur itu menyentak. Dan konvoi sepeda motor itu berlalu. Ada “mantra sihir” yang tersimpan pada kosa kata itu kini. Saya lalu tergelitik. Toma sudah dikenal dalam ucapan kosa kata bahasa pasar di Ternate atau bahkan Maluku Utara dan di Maluku umumnya. Kata toma, bukan kosa kata baru. Namun kata ini mulai terhidupkan kembali seiring munculnya klub sepakbola professional Malut United yang didirikan 30 Januari 2023, tentu tanpa dana APBD.

Toma mengesankan gerak, aksi, atau usaha keras menentang arus atau angin bahkan ombak dari depan. Toma dikenal oleh masyarakat pesisir dalam kehidupannya sebagai pelaut. Dengan demikian toma (arus, angin atau ombak) merupakan penanda identitas sosial masyarakat Moloku Kie Raha yang hidup dengan laut sebagai penanda diri dan kulturnya. Sehingga dengan demikian toma bukanlah usaha asal-asalan atau upaya sekedarnya. Ada keyakinan, kemampuan dan kemauan keras yang dinamis, diperlukan di dalamnya. Toma mengisyaratkan pertarungan dan pertaruhan demi meraih keinginan dan cita-cita, atau toma sangat dekat dengan fighting, strugling dalam arti perjuangan.

Dalam semangat ini toma berbeda arti dengan kosa kata bahasa Ternate, yang memiliki arti di, ke, dari, sejak atau semenjak. Demikianlah, perlawanan yang diberikan anak binaan Imran Nahumuri baik di Langsa maupun di GBK menunjukkan tekad mantra toma itu.

Penasaran akan kosa kata ini, saya coba bertanya ke Ga, dan dia menyambut dengan jawaban “Toma itu saya yang pertama kali suru pake saat latihan tim di Sawangan sebelum kompetisi dimulai” Mengenai arti atau maksud kata toma dalam berbagai kegiatan MU, baik latihan, laga maupun sapaan spiritnya, Ga bilang, “Arti pasarnya semacam teriakan pembakar semangat, bisa berarti maju, serang, jangan menyerah”.

Kata toma yang digagas oleh Asghar pada latihan MU sekitar bulan Juli itu, kini Toma jadi branding karena selalu dipakai dalam narasi di media sosial. Tentu saja sebagai suatu club professional MU butuh “toma” yang menjenama bagi club yang menundukkan Persiraja Banda Aceh, 3-2 di Stadion Madia GBK, di saat laga yang memastikan MU lolos ke Liga 1, “kasta”, meminjam kata Asghar, sepak bola yang lebih tinggi.

Toma MU dan cita-cita Sepakbola
Pertempuran Sabtu, 9 Maret 2024 itu, setidaknya menjadi peluang sangat berarti bagi club professional dari negeri timur ini. Tentu kita sangat berharap, kemenangan dan kehadiran Malut United ini akan jadi lokomotif untuk mengembangkan sepakbola profesional di Malut.

Kata Asghar, “Fokus torang (kami) nanti ke pembinaan usia muda, akan ada akademi yang tong (kami) bikin, infrastruktur stadion dan pendukung serta keinginan untuk mengirim anak anak muda berbakat belajar sepakbola ke Eropa.”

Bagi talenta sepak kulit bundar di Maluku Utara, tentu harapan besar Bang Gha tersebut merupakan gerbang emas bagi mereka agar dapat melanjutkan potensi olahraga, khususnya sepak bola ke jenjang lebih jauh. Kesempatan ini juga pernah disampaikan pelatih MU pada awal kemunculan klub yang dibeli dari Sidoarjo ini. Pelatih Malut United FC Imran Nahumarury menegaskan akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada talenta lokal untuk bergabung, tapi harus punya kualitas.

“Tim ini kita memberi kesempatan unuk pemain lokal, tentunya yang memiliki kualitas yang baik,” kata Imran, sebagaimana dikutip dari SuaraMerdeka Sport (3/9/2023) lalu.

Tentu saja kita akan sambut cita-cita besar ini sebagai keinginan bersama agar Pasukan sepak bola Maluku Utara kembali berbicara di lapangan hijau, mengulang keemasan masa lalu, saat Persiter (baca: Maluku Utara) yang sukses memboyong Piala Suratin, setelah satu tendangan jarak jauh dari kaki Ut Mahmud yang mengantarkan Persiter sebagai juara tahun 1978 itu dan klub yang disegani di Indonesia. Toma!!!

cermat

Recent Posts

Admin Status Ternate Terancam Dijemput Paksa Setelah Dua Kali Mangkir dari Panggilan Jaksa

Kejaksaan Negeri (Kejari) Ternate berpotensi menjemput paksa terdakwa kasus penyebaran berita bohong (hoaks) dan pencemaran…

5 jam ago

Polda Malut Segera Tingkatkan Kasus Dugaan Penyimpangan Distribusi MinyaKita ke Penyidikan

Tim penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Maluku Utara dalam waktu dekat akan menggelar…

5 jam ago

Jaksa Tahan Tiga Anggota Satpol PP Tersangka Kasus Penganiayaan Jurnalis di Ternate

Tim penyidik Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Ternate menyerahkan tiga anggota Satpol PP, yang…

7 jam ago

Ini Pesan Piet-Kasman untuk 97 CJH Halmahera Utara

Bupati Halmahera Utara Piet Hein Babua dan Wakil Bupati Kasman Hi Ahmad, secara resmi melepas…

9 jam ago

Duo Sayuri Lapor Sejumlah Pemilik Akun Penebar Rasisme ke Polda Malut

Dua pemain bintang Malut United, Yakob Sayuri dan Yance Sayuri, secara resmi melaporkan sejumlah pemilik…

9 jam ago

Menteri ATR/BPN Lantik 31 Pejabat Struktural, Tegaskan Pentingnya Rotasi Berkala

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, melantik 31 pejabat struktural…

17 jam ago