Sejumlah mahasiswa Maluku Utara saat menggelar aksi damai di Tugu Yogyakarta. Foto: Istimewa
Sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan Solidaritas Peduli Peduli Maluku Utara menggelar aksi damai di Tugu Pal Putih Yogyakarta, Kamis, 7 September 2023.
Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes kejahatan perusahaan tambang yang beroperasi di Buli dan Maba, Halmahera Timur. Termasuk pencemaran sungai Boki Maruru di Desa Sagea, Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Dalam kesempatan tersebut, Koordinator Lapangan, Ikmal Ali Nur mengatakan, kehadiran PT Priven Lestari, perusahan milik Michael Tjahjadi, itu jika diizinkan beroperasi maka akan mengancam sumber-sumber penghidupan warga Kecamatan Maba.
“Karena ada 9 sungai dan jaraknya hanya 1 kilo meter dari pemukiman warga,” kata Ikmal.
Menurut ia, sejak awal sosialisasi AMDAL perusahaan ini, telah ditolak oleh masyarakat, karena dianggap mengancam sungai yang secara turun-temurun menjadi ketergantungan warga selama ratusan tahun. Namun pihak perusahan tak mengindahkan penolakan itu.
Warga juga, kata ia, telah menemui Gubernur Maluku Utara sejak tahun 2022 dan beberapa anggota DPRD untuk menolak kehadiran PT Priven, sebab dianggap sangat tidak layak untuk beroperasi di kawasan gunung Wato-Wato.
“Tapi upaya yang dilakukan itu gagal. Karena itu Gubernur dan DPRD Malut dinilai tidak ada sikap tegas sebagai bentuk kepedulian atas nasib masa depan warga,” tutur Ikmal.
Hal yang sama, tambah Ikmal, juga dialami masyarakat Sagea, Weda Utara, Halmahera Tengah. Salah satu Goa Boki Maruru, yang awalnya ditetapkan sebagai kawasan Geopark, kini mengalami pencemaran akibat terjadinya pengerukan di hulu sungai.
Namun, pihak perusahaan menganggap itu bukan bagian dari ulah perusahaan. Seperti juga tanggapan DLH Provinsi Maluku Utara, yang menganggap pencemaran sungai Sagea ini bukan disebabkan oleh aktivitas pertambangan milik PT IWIP. Melainkan karena terjadi longsor di hulu sungai Goa Boki Maruru.
“Padahal bagi warga Sagea pencemaran itu terbukti akibat aktivitas pertambangan,” ungkapnya.
Dalam aksi tersebut, Solidaritas Mahasiswa Peduli Malut di Yogyakarta juga menyerukan gerakan persatuan antar masyarakat lingkar tambang di seluruh Maluku Utara.
Mengingat, eksploitasi pertambangan kian merebak hampir di seluruh kabupaten di Maluku Utara yang memicu kerusakan ekologis, pelanggaran HAM, dan hilangnya sumber penghidupan masyarakat yang bergantung pada hasil alam.
Oleh karena itu, dalam aksi damai tersebut, Solidaritas Mahasiswa Peduli Malut di Yogyakarta menyampaikan beberapa tuntutan sebagai berikut:
——–
Editor: Ghalim Umabaihi
Pemerintah Daerah Pulau Morotai, Maluku Utara, resmi menggelar Musrenbang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)…
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menerima penghargaan Popular Government Institution 2025 dari…
Setelah lebih dari 20 tahun beroperasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, PT Aneka Tambang (Antam)…
PT Apollu Nusa Konstruksi melayangkan surat tagihan dan somasi kepada PT Hapsari Nusantara Gemilang untuk…
Setiap 10 Agustus, Indonesia memperingati Hari Konservasi Alam Nasional sebagai momen refleksi pentingnya menjaga kelestarian…
Kongsi Gigs: Music, Football, Culture di Ternate, Maluku Utara, bukan sekadar acara manggung. Acara ini…