Feature

Bakso Idola: Jejak Rasa di Setiap Sendok

*Oleh: Nur Winda

Kali ini, saya berada di sebuah warung bakso yang tampak sederhana di Pulau Taliabu, Maluku Utara. Namanya, Bakso Idola. Sebenarnya sudah beberapa kali saya ke sini, dan bisa dibilang saya adalah pelanggan setia mereka. Bagaimana tidak, rasa nikmat kuah bakso warung ini sungguh menggoda isi dompet saya.

Bagi yang belum tahu, bakso umumnya terbuat dari daging yang dicampur dengan tepung tapioca dan dibentuk mirip bola-bola kecil. Biasanya menggunakan daging sapi, tetapi banyak juga yang menggunakan daging ikan, ayam, udang, hingga daging kerbau.

Bakso disajikan dalam keadaan panas dengan kuah bening. Lazimnya, makanan ini ditambahkan mie dan bihun serta telur kemudian ditaburi bawang goreng. Tapi, siapa sih yang tidak mengenal makanan tradisional Indonesia satu ini?.

Kalau diperhatikan lagi, penjual bakso di sini semuanya adalah orang Jawa. Saya tidak pernah melihat orang asli Taliabu yang menjual makanan satu ini, mungkin karena memang tempat yang terkenal menjadi pusat bakso adalah Kota Solo dan Malang.

Seminggu sekali, saya pasti akan datang ke sini, entah dibawa pulang atau makan di tempat. Tapi, jika ingin mendapatkan rasa nikmat luar biasa saya sarankan agar teman-teman makan di warungnya saja. Suasana warung yang mungkin ramai tidak akan mengganggu selera makan dan bahkan semakin menambah nafsu makan.

Sayangnya, sebagai anak sekolah, saya tidak bisa berlama-lama. Itulah kenapa saya jarang sekali makan di tempat dan langsung bawa pulang. Paling-paling, kalau datang makan di warung pasti karena saya ditraktir oleh kakak saya.

Meskipun begitu, aroma baksonya sungguh menggugah selera sampai-sampai saya rela menyisihkan uang jajan jika saya punya rencana ke warung ini lagi.

Setelah selesai meracik bumbu-bumbunya, saya langsung menyeruput satu sendok kuah bakso ini. Sungguh, nikmat yang tiada tara jika bisa diumpamakan lewat kata mungkin akan sesuai dengan kalimat ini nikmat manakah yang kamu dustakan.

Bentolan baksonya juga lembut, rasa dagingnya sangat terasa. Kebetulan saya pecinta manis bukan pecinta pedas, jadi kecap yang saya tambahkan cukup banyak ke dalam mangkuk. Sampai pada suapan terakhir, rasa kuahnya begitu melekat di lidah, rasanya ingin tambah!. Tapi sepertinya uang saya tidak begitu banyak, lagipula porsi satu mangkuk bakso itu bukan main banyaknya.

Setelah menyantap hidangan panas tersebut saya berinisiatif untuk pulang, lain kali dan tentu saja seterusnya, saya pasti datang lagi.


Nur Winda merupakan pelajar asal Pulau Taliabu yang aktif menulis. Ia juga terlibat dalam pelatihan jurnalistik yang diinisiasi cermat dan seputartaliabu.com.

cermat

Recent Posts

Ghifari Bopeng Kena Somasi PT Apollu Nusa Konstruksi soal Utang 1,3 Miliar

PT Apollu Nusa Konstruksi melayangkan surat tagihan dan somasi kepada PT Hapsari Nusantara Gemilang untuk…

8 jam ago

Jejak Harmonis Alam dan Tambang Emas Gosowong

Setiap 10 Agustus, Indonesia memperingati Hari Konservasi Alam Nasional sebagai momen refleksi pentingnya menjaga kelestarian…

10 jam ago

Kongsi Gigs dan Suara Perlawanan dari Right Chambers untuk 11 Warga Adat Sangaji

Kongsi Gigs: Music, Football, Culture di Ternate, Maluku Utara, bukan sekadar acara manggung. Acara ini…

11 jam ago

FORMAT PRAGA Serahkan Dokumen Laporan Mafia Tambang ke KPK

Perwakilan massa Aksi Front Mahasiswa Maluku Utara Pro Warga Maba Sangaji (FORMAT PRAGA) akhirnya menyerahkan…

11 jam ago

Aksi Desak KPK dan Kementerian ESDM Periksa IUP PT Position

Puluhan orang yang tergabung dalam organisasi masyarakat sipil, mulai dari tokoh adat, dan pemuda Halmahera…

11 jam ago

BEM Faperta Unkhair: Bebaskan 11 Warga Adat Maba Sangaji

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara, juga menyuarakan solidaritas untuk 11…

12 jam ago