Es cendol Yusup di kawasan Pantai Falajawa Kota Ternate, Maluku Utara. Foto: Rian Hidayat/cermat
Sengat matahari menampar wajah Yusup siang itu. Ia sesekali membasuh wajahnya yang lesu bercampur keringat dengan sepenggal handuk yang menggantung di pundaknya. Ada kegigihan yang kuat tampak pada raut wajah lelaki paruh baya berusia 60 tahun itu.
Gerobak kecil Yusup bertuliskan ‘Es Cendol’ mangkal di kawasan Pantai Falajawa, Kelurahan Muhajirin, Kota Ternate, Maluku Utara. Cermat lantas menghampiri pria asal Karawang, Jawa Barat tersebut.
Pada 2017 silam, Yusup pertama kali tiba di Kota Ternate bersama keluarganya. Sebelum menjadi penjual es cendol keliling, ia memulai peruntungan dengan menjajakan bubur Bandung. Sayang, selama dua tahun, usaha itu tak membuahkan hasil.
“Orang Ternate kurang doyan makan bubur, makanya saya beralih jualan es cendol,” ucap Yusup, pada Desember 2023 lalu.
Dari rumahnya di Kelurahan Toboko, Yusup menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer menuju kawasan Pantai Falajawa Ternate sambil menggotong gerobaknya.
“Kalau Senin-Jumat biasanya jualan di sekolah-sekolah gitu. Di jalan siswa. Sabtu-Minggu baru saya ke Pantai Falajawa,” tuturnya.
Ada sekitar enam gerobak es cendol yang lazim berjualan di kawasan wisata Pantai Falajawa. Persaingan ini, kata Yusup, bikin dirinya sangat bergantung pada siapa yang mau menghampiri gerobaknya.
Kendati begitu, bagi Yusup, berjualan di Kota Ternate lebih menguntungkan dibanding dengan daerah Jawa. Alasan paling kuat adalah tingkat persaingan pedagang yang lebih banyak.
Yusup mengaku tak tanggung-tanggung kini penghasilannya bisa mencapai Rp500 ribu dalam sehari jika penikmat es cendol mulai ramai, “tergantung cuacanya juga, kalo panas biasanya banyak yang beli,” kata dia.
“Kalau risiko orang jualan es itu memang saat cuacanya hujan. Wah, itu harapannya tipis, dan biasanya jadi kendala,” sambungnya.
Memang tak perlu menguras kantong untuk menikmati kudapan satu ini. Es cendol Mas Yusup terbilang cukup murah, mulai dari harga Rp8.000 hingga Rp10.000.
“Bedanya kalo yang sepuluh ribuan itu topping-nya lengkap. Campurannya banyak.”
Keluar-masuk lorong hingga sering mangkal di jalanan Kota Ternate sambil mendorong gerobak tidak membuat Yusup mudah menyerah. Bapak tiga anak ini mengaku sudah terbiasa hidup di jalan.
“Zaman dulu saya sudah hidup di jalanan. Jualan keliling kayak gini. Dulu itu jualan di Tanjung Priuk, Jakarta, tempatnya preman-preman. Jadi sudah terbiasa aja sih,” ujarnya.
Dengan usia yang tak lagi muda, Yusup mengaku akan meneruskan usaha tersebut ke anak-anaknya.
“Sempat kepikiran mau tambah usaha, misalnya jualan es jeruk. Tapi yah, ini aja dulu. Nanti juga diteruskan anak-anak karena usia saya kan sudah tua juga. Pokoknya yang penting kita punya usaha ini halal dan bermanfaat bagi keluarga,” tutupnya.
——–
Penulis: Rian Hidayat Husni
PT Apollu Nusa Konstruksi melayangkan surat tagihan dan somasi kepada PT Hapsari Nusantara Gemilang untuk…
Setiap 10 Agustus, Indonesia memperingati Hari Konservasi Alam Nasional sebagai momen refleksi pentingnya menjaga kelestarian…
Kongsi Gigs: Music, Football, Culture di Ternate, Maluku Utara, bukan sekadar acara manggung. Acara ini…
Perwakilan massa Aksi Front Mahasiswa Maluku Utara Pro Warga Maba Sangaji (FORMAT PRAGA) akhirnya menyerahkan…
Puluhan orang yang tergabung dalam organisasi masyarakat sipil, mulai dari tokoh adat, dan pemuda Halmahera…
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara, juga menyuarakan solidaritas untuk 11…