Sarfan Tidore
(Pengalaman Menjelajahi Pulau Kecil di Halmahera Selatan)
Oleh: Sarfan Tidore
Pagi itu, 6 Juni 2022 pancaran fajar hadirkan spirit baru. Saat itu, tepatnya di pelabuhan Bastiong, Kota Ternate, Maluku Utara, saya memulai tualangan ke desa Lome-Lemo, Gane Barat, di Kabupaten Halmahera Selatan menumpangi KM. Cahaya Arafa. Kapal ini dijadwalkan bertolak dari pelabuhan Bastiong ke Gane pukul 08.00 WIT.
Nahasnya, jadwal keberangkatan tertunda. Penumpang berkeluh. Begitu pula suasana hati saya. Salah satu ABK pun menginformasikan bahwa mesin kapal lagi gangguan teknis sehingga mereka, mekanik sedang memperbaikinya. Mendengar itu, salah satu penumpang pun mencoba mencairkan suasana. Kitorang (kita semua) tunggu dan sabar saja, ujarnya sambil mengepulkan asap tembakaunya. Hingga pukul 17.12 WIT. kapal baru melepas tali dari pelabuhan Bastiong. Senyum bahagia melebar pada setiap penumpang yang duduk di depan kapal, sembari menikmati senja sore itu. Namun, tampaknya laut Ternate tak sebahagia penumpang yang ada. Di tengah mobilitas masyarakat dan teduhnya lautan, sampah plastik berserakan mengikuti pergerakan arus menutupi permukaan laut.
Kota kecil ini digemari, disukai komunitas dunia karena keindahan dan nilai sejarahnya. Tapi juga membawa duka untuk komunitas biotis di lautan. Kepadatan penduduk dengan gaya hidup konsumtif berakibatnya harga harus dibayar adalah laut menjadi korban. David W. Wells, dalam bukunya, Bumi Yang Tak Dapat Dihuni, memperlihatkan, sepotong sampah plastik di lautan menghadirkan sejuta racun—yang disebut sebagai polusi plastik. Dan hal ini sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan komunitas biota laut. Belum lagi nanoplastik dan mikroplastik yang peredarannya tidak kasat mata. Tanpa kita sadari partikel beracun ini berada dalam produk kebutuhan rumah tangga diantaranya sabun cuci baju, sabun mandi, body lotion dan lain sebagainya.
Secuil fakta ini menambah deretan kandasnya tata kelola lingkungan laut dan dapat berefek pada kesehatan masyarakat. Peneliti di Oceanographic Microbial Laboratory di Perancis, Jean Franscois Ghiglione, mengatakan bahwa saat ini semakin banyak penelitian ilmiah yang mendeteksi mikroplastik di beberapa organ manusia. Dia mengatakan, temuan itu termasuk di paru-paru, limpa, ginjal dan bahkan plasenta, dikutip laman sindonews.com.
Seorang peneliti dari Hull Medical Scholl di Inggris (UK), Laura Sadofsky melalui penelitiannya—menemukan polipropilen dan mikroplastik tipe PET di jaringan paru-paru dan mendeteksi serat dari kain sintesis. Agak mengejutkan mengetahui seberapa jauh ia memasuki paru-paru dan ukuran partikelnya, tulis Sadofsky. Mikroplastik mungkin menjadi penyebab masalah sindrom tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Para ilmuan menemukan keberadaan mikroplastik dalam tubuh manusia—kemungkinan besar adalah banyak terpapar makanan, minuman dan menghirup udara yang terkontaminasi plastik selama beberapa tahun.[1]
Bumi telah ditelan malam. Ranjang adalah tempat terbaik merebahkan tubuh, sembari meresapi bau tak sedap di setiap ruang kapal. Kapal ini tak menyediakan tempat pembuangan sampah akibatnya sampah pun berjejeran di sela-sela kapal, baik organik maupun nonorganik. Kapal pun memasuki perairan Halmahera Selatan. Bersandar dermaga semi permanen di beberapa desa seperti desa Samo, Moloku, Tokaka, Dolik, Bosu, Saketa, Tabamasa, Papaceda dan di Lemo-Lemo pada 17 Juni yang kondisinya teramat berbeda dengan perkotaan.
Fasilitas desa-desa tersebut mengalami jarak cukup tajam dengan apa yang disebut tata kelola good governance. Nilai gotong-rotong, kerja sama, adat-istiadat sangat dijunjung masyarakat dan masih berfungsi baik. Desa Papaceda misalnya, kala tali kapal diikat di dermaga penduduk desa ramai-ramai membantu bongkar muatan. Di pesisir pantai penduduk terlihat gotong-royong mengupas buah kelapa dan belah pala. Anak-anak tampak riang, gembira, tertawa, bermain sembari mandi laut penuh bahagia tanpa beban.
Berbahagialah bagi orang pesisir pantai yang lautnya masih bersih dan alami. Sebab banyak memberikan manfaat baik untuk kesehatan maupun ekologis. Menurut beberapa penelitian yang rilis Daily Mail, air laut kaya akan mineral berupa natrium, klorida, sulfat, magnesium dan kalsium. Bahkan air laut digunakan untuk terapi medis yang dikenal thalassotherapy.[2] Ada tiga manfaat tradisi mandi air laut:[3]
Meredakan sinusitis
Tradisi mandi dan berenang di laut yang mengandung garam serta mineral dapat menurunkan gejala sinusitis, serta masalah pernapasan. Seorang direktur layanan klinis dari medical charity Allergy di Inggris menyebut mereka yang hidup di pesisir pantai dan berenang di laut memiliki sistem pernapasan yang sehat.
Air laut dinilai dapat membersihkan lapisan saluran udara atau irigasi hidung. Kandungan garam bersifat antiseptik dan dapat membantu mengurangi peradangan pada lapisan sinus. Hatab, penduduk desa Lemo-Lemo menuturkan orang-orang yang suka berolahraga sebenarnya cukup dengan mandi dan berenang di laut. Rata-rata pemanah ikan napasnya panjang dan mereka dapat mengatur saluran pernapasannya dengan baik, katanya.
Orang desa bila pulang dari kebun mereka mandi sore dan berenang di pantai. Secara tak langsung mandi laut melancarkan saluran darah dan kram otot. Jadi orang-orang desa sangat jarang mengidap penyakit asma, sesak napas, paru-paru dan jenis penyakit lainnya, katanya. Sebab fungsi mandi dan berenang di laut adalah untuk menjaga daya tahan tulang, saraf dan otot di dalam tubuh kita.
Meringankan psoriasis
Berenang di laut yang kaya akan mineral alami telah lama digunakan untuk meringankan gejala psoriasis. Psoriasis adalah penyakit autonium yang menyerang kulit berupa kulit bersisik, kulit kering dan gatal-gatal. Selain itu, garam dan mineral yang berlimpah di air laut dapat membantu mengatasi peradangan pada kulit.
Hal tersebut pun senada dengan penjelasan Hatab, bahwa mengapa orang-orang gemar mandi air laut di pesisir pantai. Selain saluran pernapasan yang sehat, mandi air laut pun dapat menjaga kekebalan kulit dari berbagai macam penyakit. Misalnya orang-orang di desa jarang sekali mengidap penyakit kulit berupa gatal-gatal, sebab air lautnya masih bersih dan alami. Pengalaman mandi air laut (sehat) sehingga ada sebagian orang menganjurkan agar anak bayi untuk dimandikan dengan air laut. Tujuannya adalah menjaga kekebalan kulit dari penyakit. Dan sudah menjadi kebiasaan anak-anak di desa setiap pagi dan sore hari, katanya.
Kebiasaan ini tak sekedar menghindari penyakit, tetapi juga terciptanya hubungan persaudaraan dan keharmonisan terutama di anak-anak. Mereka mandi sambil bermain, gembira, tertawa dan berbaur tanpa sekat. Jadi, menurut Hatab, mandi laut juga—adalah bagian dari menumbuhkembangkan ikatan kekerabatan, hidup rukun dan memperkaya kesehatan mental masyarakat.
Sehat Mental
Berenang di laut yang bersih, jernih dan indah sangat menyenangkan. Dapat membantu melepaskan stres. Seorang ahli biologi kelautan Wallace J. Nicholas menemukan mengapa orang-orang bisa relaksasi dan meditasi ketika berada di atas air laut ataupun saat di bawah laut. Penyebabnya adalah pengaturan pernapasan selama berenang maupun menyelam.
Pola pernapasan itu dapat merangang sistem saraf parasimpatis hingga hormon yang mempengaruhi otak secara positif. Tidak heran jika orang desa di pesisir pantai kesehatan fisik dan mental jauh lebih baik. Pada saat mandi laut suasana hati terasa gembira dan dapat mengurangi stres. Saraf otak kita melepaskan ketegangan disaat berenang. Tradisi mandi laut, sembari bermain dengan riang, bertukar informasi mengenai keindahan bawa laut menghadirkan perasaan bahagia tersendiri. Motivasi pemanah ikan misalnya tak sekedar untuk memenuhi kebutuhan subsisten. Tetapi ada kebahagiaan tersendiri yakni memanah ikan tepat sasaran. Kala pulang membawa hasil tangkapan terlihat rasa bangga pada senyuman mereka, katanya Hatab.
Mandi laut sudah menjadi pembiasaan orang-orang desa dan laut pesisir pantai menjadi milik bersama. Beda halnya di perkotaan, mandi laut telah dikomersilkan. Mandi laut menjadi ritual khusus bagi orang kota dalam mengisi waktu senggang. Meskipun air lautnya tak lagi jernih akibat limba dan sampah produksi masyarakat. Fenomena ini dapat kita cermati di beberapa tempat wisata di kota Ternate, yakni Jikomalamo, pantai Sulamada, Falajawa menjadi tempat paling banyak dikunjungi orang disaat-saat hari Minggu. Meskipun laut di beberapa kawasan ini tak lagi jernih dan karangnya pun banyak mati.
Laut yang sehat menjadi tempat pesat berkembang-biaknya komunitas biotis dan dapat menunjang kebutuhan subsistensi orang pulau. Air laut yang bersih, terumbu karang, bebatuan, rumput laut pun dapat tumbuh subur—adalah tempat bertelurnya ikan-ikan dan kita tidak susah menangkap ikan. Menurut Hatab, sumber makanan yang sehat berasal dari alam yang masih alami. Ia (Hatab) mengisahkan pengalaman makan di sebuah rumah makan di kota Ternate. Pada saat memesan ikan bakar di rumah makan ternyata daging ikannya sudah membusuk. Baunya tak sedap kala dicicipi. Sudah tak segar, tetapi harganya sangat mahal dan ini kurang baik untuk kesehatan. Daging ikan yang sudah busuk akan menimbulkan banyak penyakit. Penyakit gatal misalnya.
Kalau di desa, kita dapat langsung memakan ikan hasil tangkapan yang segar dan sehat. Dijual pun dengan harga murah karena orang desa lebih menghargai nilai kekerabatan, ketimbang ekonomi. Sebab, hubungan yang harmonis berpengaruh juga pada kesehatan kita. Sedangkan aktivitas masyarakat yang dapat merusak ekosistem laut suatu kelak akan berdampak pada penurunan kualitas kehidupan—baik alam maupun manusia. Sebab keretakan metabolis alam menghadirkan keterasingan manusia dalam kerja berkaitan dengan keterasingan manusia dengan alam, tulis Marx.[4] Jadi relasi yang ketat dan harmonis (sosio-ekologis) adalah hakikat hidup sehat. []
Daftar Referensi
Budi-Santoso, Wahyu (2022), Artikel dipublish SINDONEWS.com, Mikroplastik Telah Masuk ke Organ Tubuh Manusia di Semua Negara
Bellamy-Foster, John (2013), Ekologi Marx, Materialisme dan Alam, diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Indonesia
Wallace-Wells, David (2020), Bumi Yang Tak Dapat Dihuni, Kisah Tentang Masa Depan, Penerbit, Gramedia Pustaka Utama
https://tempo.co. diakses Juli 2022
https://kompas.com diakses Juli 2022
[1] Wayu Budi Santoso (2022), Mikroplastik Telah Masuk ke Organ Tubuh Manusia di Semua Negara, dikutip laman SINDONEWS.com
[2] https://tempo.co diakses Juli 2022
[3] https://kompas.com diakses Juli 2022
[4] John Bellamy Foster (2013), Ekologi Marx, Materialisme dan Alam, diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Indonesia
…
Artikel ini dalam rangka mengikuti Lomba Menulis Esai dan Opini untuk Mahasiswa dan Umum oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakan Maluku Utara pada Festival Literasi.
Kejaksaan Negeri (Kejari) Ternate berpotensi menjemput paksa terdakwa kasus penyebaran berita bohong (hoaks) dan pencemaran…
Tim penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Maluku Utara dalam waktu dekat akan menggelar…
Tim penyidik Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Ternate menyerahkan tiga anggota Satpol PP, yang…
Bupati Halmahera Utara Piet Hein Babua dan Wakil Bupati Kasman Hi Ahmad, secara resmi melepas…
Dua pemain bintang Malut United, Yakob Sayuri dan Yance Sayuri, secara resmi melaporkan sejumlah pemilik…
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, melantik 31 pejabat struktural…