Perspektif

Marah, Sekali Lagi

Oleh: Rian Hidayat Husni

“Di dalam otak mereka, hanyalah kekuasaan. Di dalam hati mereka, tak ada kepuasan.”
Demikianlah penggalan lirik dari lagu Gelap Gempita yang diprakarsai Sukatani, band musik punk di Indonesia yang saban hari ini menyita kemarahan publik karena dibungkam.
Nukilan lagu tersebut, rasanya memang sepadan dengan apa yang disematkan kebanyakan demonstran kepada rezim ini. Barangkali juga cocok untuk menyinyir pejabat negara pongah, arogan, korup, dan membabibuta ketika berkuasa.
Lagu Sukatani lainnya, berjudul “Bayar, Bayar, Bayar” yang berisi kritikan terhadap polisi, juga memicu reaksi khalayak luas, sekaligus menambah daftar panjang pemberedelan karya seni di Indonesia.
Kapolri Listyo Sigit Prabowo bahkan meminta band ini menjadi duta Polri guna membangun kritik terhadap institusi yang dipimpinnya. Tentu setelah lagu ini viral dan memicu amarah publik.
Karya musik Sukatani dan banyaknya lagu perlawanan yang mengentak di jagad media sosial dan seringkali kita dengarkan, kini menjembatani kemarahan publik kepada pemerintah.
Rasa marah itu lahir dari mereka yang tidak hanya menyimpan kebenaran di dalam hati, tetapi mau mengeksekusinya di jalan.
Emosi, empati, dan sikap yang didorong oleh sebuah instrumen lagu, kadang-kadang akan membuncah menjadi kemarahan tak terhingga. Kemarahan yang mengantarkan anak-anak bangsa ini dengan lantang menyerukan “Indonesia Gelap”.
Tentu pelbagai faktor melatarbelakangi kemarahan kita kepada negara akhir-akhir ini. Belum habis kasus gas elpiji 3 kg dan kebijakan serampangan yang disuarakan demontran di aksi Indonesia Gelap, kini muncul skandal korupsi di tubuh Pertamina yang mengoplos Pertalite jadi produk Pertamax yang setiap saat dicekoki untuk rakyat.
Bahkan ketika berniat baik untuk bersubsidi membantu rakyatnya, negara ini justru mengkamuflase dan membisniskan hak kita untuk bertahan hidup di tengah belenggu yang mereka ciptakan sendiri.
Gumpalan kemarahan atas bablasnya negara ini makin membatu ketika kita menyaksikan kebenaran dari kasus-kasus tersebut justru dikekang oleh aparat keamanan dan mereka yang berkali-kali menumpulkan jeratan hukum.
Begitu banyak tuntutan mahasiswa di jalan yang hendak disampaikan ke penguasa, tetapi di saat bersamaan, mereka dihadang barikade polisi. Negara dan pemangku-pemangkunya seperti pelaku pencabulan yang bersikeras mengakui kesalahannya setelah menelanjangi rakyat.
Amarah yang sama terus menampar kita saat menyaksikan hiruk-pikuk masalah di negeri ini. Sementara penguasa kita tampaknya enggan menerima kenyataan ini di awal kepemimpinannya.
Alih-alih mendepak pejabat korup, dia malah merespons tuntutan rakyat dengan ucapan “siapa bilang Indonesia gelap?.” Atau barangkali, seharusnya, dia perlu mencemooh para pejabat itu dengan “ndasmu!”.
Dalam kondisi yang tak menentu ini, kita dipaksa harus marah sekali lagi, bahkan berkali-kali…

*Penulis merupakan redaktur pelaksana di cermat.co.id
cermat

Recent Posts

Pemda Bahas Pembangunan Morotai Lima Tahun Mendatang di Musrenbang RPJMD

Pemerintah Daerah Pulau Morotai, Maluku Utara, resmi menggelar Musrenbang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)…

4 jam ago

Kementerian ATR/BPN Raih Penghargaan Popular Government Institution 2025 dari The Iconomics

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menerima penghargaan Popular Government Institution 2025 dari…

5 jam ago

Ketika Antam Tinggalkan Kerusakan Tanpa Kontribusi Berarti di Halmahera Timur

Setelah lebih dari 20 tahun beroperasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, PT Aneka Tambang (Antam)…

7 jam ago

Ghifari Bopeng Kena Somasi PT Apollu Nusa Konstruksi soal Utang 1,3 Miliar

PT Apollu Nusa Konstruksi melayangkan surat tagihan dan somasi kepada PT Hapsari Nusantara Gemilang untuk…

19 jam ago

Jejak Harmonis Alam dan Tambang Emas Gosowong

Setiap 10 Agustus, Indonesia memperingati Hari Konservasi Alam Nasional sebagai momen refleksi pentingnya menjaga kelestarian…

20 jam ago

Kongsi Gigs dan Suara Perlawanan dari Right Chambers untuk 11 Warga Adat Sangaji

Kongsi Gigs: Music, Football, Culture di Ternate, Maluku Utara, bukan sekadar acara manggung. Acara ini…

21 jam ago