Menyambut ‘Kemenangan’ 1446 H di Gelora Kie Raha

Takbir saat salat Ied 1446 H di Stadion Gelora Kie Raha. Foto: Faris Bobero/cermat

Rumput Stadion Gelora Kie Raha masih sedikit basah usai hujan sedari malam yang mengguyur Kota Ternate. Pun dengan puncak Gunung Gamalama yang malu-malu menunjukan parasnya yang gagah karena mendung sisa semalam.

Seorang perempuan sedang duduk bersama satu bocah di saf paling belakang saat persiapan salat Ied 1446 H di Stadion Gelora Kie Raha Ternate. Foto: Faris Bobero/cermat

Senin, 31 Maret 2025, ratusan orang mulai datang ke stadion yang digadang-gadang sebagai stadion dengan pemandangan paling indah di Indonesia. Ada yang bersama keluarga, atau mereka yang sendiri lantaran harus jauh dari sanak saudara.

Pengurus dari Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku saat foto bersama usai salat Ied 1446 H. Foto: Faris Bobero/cermat

Langkah-langkah kecil itu mulai masuk ke dalam stadion diiringi takbir yang saling bersahutan. Sementara di luar stadion, para pemuda-pemudi dari Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) atas nama toleransi, berjaga mengamankan.

Keegan Lopulalan, salah satu pengurus dari Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku sedang membuka pembatas saf usai salat Ied 1446 H. Foto: Faris Bobero/cermat

Namun, mereka datang bukan untuk menjemput kemenangan Malut United atas lawannya. Tetapi, karena ingin merayakan kemenangan lain yang paling mulia dan berharga bagi seluruh umat Muslim di dunia; Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah.

Di bawah kaki Gunung Gamalama, ratusan ribu masyarakat Kota Ternate menghadap kiblat seraya berdoa kepada Sang Pencipta. Sujud sembahyang memohon pengampun an atas segala khilaf dan dosa yang telah dilakukan.

Seorang anak sedang duduk saat salat Ied 1446 H di Gelora Kie Raha. Foto: Faris Bobero/cermat

Idulfitri merupakan kemenangan paripurna bagi seluruh umat Muslim di dunia setelah 30 hari berpuasa. Momen terbaik untuk kembali ke fitrah dan menjadi manusia berguna untuk sesama.

Ko Ical, salah satu pemain musik saksofon memakai kursi roda saat salat Ied di Gelora Kie Raha bersama anak-anaknya. Foto: Faris Bobero/cermat

Bagi umat Muslim, Idulfitri memang lebih dari sekadar perayaan tahunan selepas Ramadan. Lebih jauh daripada itu, Idul Fitri adalah sebuah kesempatan untuk kembali suci.

Hidayatussalam Syekhan selaku khotib dalam Salat Idulfitri tersebut mengatakan, bulan Ramadan adalah waktu terbaik dalam dimensi waktu di dunia. Bulan yang penuh rahmat, berkah, dan ampunan.

Suasana salat Ied 2025 di Gelora Kie Raha. Foto: Faris Bobero/cermat

“Sebulan penuh ruh dan jasad kita berada dalam pusaran Ramadan, waktu terbaik dalam dimensi waktu di dunia. Waktu yang penuh berkah, rahmat, serta ampunan,” ujar Hidayatussalam Syekhan dalam khotbahnya.

Baca Juga:  Pemkot Bahas Ketersediaan Bahan Pokok di Ternate Jelang Idulfitri 2025

Bulan Ramadan, Hidayatussalam Syekhan bilang, merupakan perintah dari Allah SWT yang wajib dijalankan oleh umatNya. Tak hanya menahan lapar serta dahaga, tapi kenikmatan duniawi.

Vennox, salah satu pendiri Jaringan Komunitas Ternate terlihat sedang khusu berdoa usai salat Ied 1446 H di Gelora Kie Raha. Foto: Faris Bobero/cermat

“Sebulan penuh umat Islam diwajibkan berpuasa menahan diri dari segala kenikmatan duniawi yang diperintahakan Allah SWT dalam Al Quran,” tuturnya.

Dia mengubgkapkan, Idulfitri ini adalah hadiah bagi umat Islam yang telah menjalankan ibadah puasa. Dia juga mengibaratkan, Idulfitri ini seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya.

“Bagi para pejuang bulan suci Ramadan, hari ini ibaratnya bayi yang baru dilahirkan dari perut ibunya. Tidak ada dosa, kesalahan yang tersisa,” tutupnya.