Sastra  

Sehimpun Puisi M Wahib: Sang Pembual hingga Jejak Langkah Kota

Ilustrasi oleh Pixabay

*Oleh M. Wahib

Sang Pembual

atas nama peradaban

diujung jalanan kota andalan

suara sang pembual lantang

mencabik-cabik lamunan para pemulung

atas nama peradaban

sepertiga jam tumpukan sampa

kota. berserakan!

tipuan mata air hujan

mewarnai jalanan pengendara

janji-janji bertungkus lumus

hilang menggantung diunjung pohon

hembusan angin tanggal bau hamis

menyengat dilangit-langit biru

gelagat tawa dan cacian

kian jejak kota bagai kerupuk tercelup air

bagai penghuni hutan amzon

bagai sang pembual

saling bertengkar saling tikung

lewat berita lewat cerita.

(Ternate, 08/03/2020)

 

Jejak Langkah Kota 

belum sebulan

baru aku tau

tinggal di tana kota andalan

riang-riang gembira

diatas tumpukan sampah-sampah

jejak-jejak langka pembangunan kota

yang lamban bukan ditangan para pecinta

tapi sebagaimana kecoa ingkar

hidup dalam telur sendiri

menuntun tak berdaya

(Morotai, 05/08/2022)

 

Tanah, Rumah, Warisan

keluarga belum berdamai

diatas masih tinggal sinis

pecah dilangit-langit sisa air mata

belum tiga tahun berselang

sama-sama tukar pendapat

hutang belum lunas!

Sisa-sisa bukti belum rampung!

masih saling tikung

dibuat linglung Pak Pengacara

Pak Jaksa, saksi-saksi dan perungu

aturan-aturan tanah, rumah, warisan

sekantong uang kertas

menghapus saksi mata-mata

patah tanggal cacian dan bualan

belum sehari bersepakat

mendadak tumbuh janji-jani

kian langgeng diunjung mata

ingin hidup setahun

bersorak-sorak ria diatas tumpukan uang

gelagat lewat matahari mencuri

malam-malam suntuk. Sirna

batas-batas paling memukau

dikau menahan tangis setengah emosi

(Ternate, 23/04/2021)

Baca Juga:  Air Mata Pulang Sepanjang Pergi