Meringis, Tanah Halmahera
menuju hutan membawa rakus
tinggal bau menyengat, mengudara
dibawa angin
dinding-dinding langit kian retak
menyisakan garis-garis peta
air laut, sungai berwarna
gunung-gunung meninggalkan jejak
gundul
burung-burung meninggalkan sangkar
tinggal keliaran dan tabah
bukan pamit atau pamrih
berulah dan kesal
di ujung tanah Halmahera
petua menangis,
tinggal janji-janji ditelan pahit
ditulis, dihitung tanggal
lewat buku-kecil di atas meja
seratus tahun lalu
di bawah pohon senja yang patah
sorak meriah membawa kabar
pongah dalam rima
kian tinggal janji-janji, lalu
meringis, Tanah Halmahera
Ternate, 23/03/2019
———–
Air Mata, Tuhan Tersenyum
giliran patah di hati
ingin pulang dipelukan
kelam, suram, kosong,
atas nama hantu-hantu
bayang-bayang dosa
kelak melambai
sia-sia
tinggal belenggu di kaki langit
lara tinggal luka
air mata tinggal kiasan
cinta tinggal waktu
seperti sisa-sisa bangkai
Tuhan tersenyum
Ternate, 11/03/2023
———–
Sang Perindu
di batas kota
burung-burung
di atas kaki langit dan gunung
dikau memanggil namaku
ingin pulang dalam pelukmu, kekasih
Ternate, 05/07/2022
———–
Nasib
Tuhan tersenyum dan melucu
aku merayu-Nya
menulis baris-baris cinta
di langit dan bebatuan,
membual setengah harap
burung-burung mengadu
aku mengelak
Ternate, 29/08/2023
———–
*Penulis adalah lelaki asal Pulau Morotai yang suka berkelana