Pengurus Wilayah Gerakan Ekonomi Kreatif (Gekraf) Maluku Utara, mulai mempersiapkan SDM mereka untuk Misi Dagang 2026. Peluang bisnis kreatif bagi orang muda di era pemerintahan Presiden Prabowo Subiayanto dan Wakilnya, Gibran Rakabuming Raka.
Persiapan itu diungkap dalam Rapat Koordinasi Wilayah dan Buka Puasa Bersama bertajuk “Misi Dagang Gekrafs Maluku Utara dalam Mewujudkan Spirit: Berdaya Bersama,Berdampak Sesama” di SS Resto Mangga Dua, Ternate, Sabtu, 8 Maret 2025.
Selain itu, dalam agenda tersebut juga dibahas terkait pembentukan tim untuk misi dagang 2026, keterlibatan pengurus Gegraf dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), serta Pembentukan panitia bersama untuk pelantikan DPC.
Ketua DPW Gekrafs Malut Imran Guricci mengatakan, Misi Dadang 2026 ini menjadi penting dibahas karena peluang bagi pengusaha muda di Maluku Utara untuk naik kelas.

“Ada undangan dari Mitra di China untuk melakukan kunjungan, diharapkan misi dagang dapat dilakukan setiap tahun dan dipersiapkan secara matang,” ujar Imran.
Sebab itu, katanya, Gekraf Malut perlu membentuk tim untuk mendorong misi dagang 2026. Dalam pembentukan Tim Misi Dagang 2026 itu, Haris Atid, terpilih menjadi ketua tim.
Imrab bilang, terkait dengan program MBG, diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam implementasi ‘Berdaya Bersama’. Selain itu, adanya usulan pembentukan koperasi dalam skala besar sehingga dapat membantu dalam mengelola program MBG.
“Keterlibatan teman-teman Gekrafs dalam program MBG sehingga dapat berdaya bersama dan berdampak sesama,” katanya.
Di sisi lain, tahun ini, setelah lima tahun kemempinan Imran dan Maskur Tomagola, maka tahun ini, ada evaluasi pengurus, adanya restrukturisasi pengurus DPW Gekrafs Malut yang bertepatan dengan agenda pelantikan DPC pada April mendatang.
Sementara itu, Ketua OKK Aris Munandar mengatakan, soal persiapan misi dagang ini perlunya program unggulan bagi pengurus wilayah perlu adanya produk turunan, pentingnya share knowledge pasca misi dagang.
“Selain itu, dari sisi pendidikan, ada UKM namun tidak adanya UKM Ekonomi Kreatif. Sebab itu, perlu adanya pembekalan bagi siswa atau mahasiswa sehingga ada keterlibatan mahasiswa dalam membangun ekonomi kreatif,” ujarnya.
Haris Atid, DPC Gekraf Halbar mengatakan, potensi alam di Halmahera Barat sangat luar biasa—rempah yang dikelola menjadi produk skincare dan lainnya. Namun masih minimnya pelatihan, sehingga tidak ada keberlanjutan dalam mengelola sebuah produk.
“Seain itu, di Halbar, agenda Ekrafs go to school selalu dijadikan program tahunan. Butuh adanya akses dan jaringan sehingga dapat menjadi solusi bagi keterbatasan yang ada di Halbar,” kata Haris.
Sementara itu, Faris Bobero Pengurus DPW Gekraf Malut mengatakan, saat ini, kepengurusan Gekraf Malut sudah satu periode, sejak pertama dibentuk pada medio 2020. Namun, menurutnya, kepemimpinan Imran dan Maskur belum dapat digantikan dari faktor kolaborasi maupun jejaring secara nasional. Sebab itu, menurutnya, Gekraf Malut saat ini butuh penguatan peran dalam struktur.
“Basis data kita soal potensi dan UMKM di DPC masing-masing harus diperkuat. Ada data yang berbeda dari pemerintah maupun komunitas. Ini yang harus dikerjakan tim riset Gekraf,” ujarnya.