News  

Kongsi Gigs dan Suara Perlawanan dari Right Chambers untuk 11 Warga Adat Sangaji

Dukungan untuk 11 warga Maba Sangaji saat performance Right Chambers. Foto: MT Bambang

Kongsi Gigs: Music, Football, Culture di Ternate, Maluku Utara, bukan sekadar acara manggung. Acara ini menjadi wadah menyuarakan kelompok yang dimarjinalkan. Hal itu dilakukan oleh Right Chambers, salah satu Band indie di Malut. Mereka menunjukkan musik bukan sekadar hiburan, tetapi juga medium perlawanan.

Dalam penampilan mereka, band ini tidak hanya menghibur penonton dengan deretan lagu andalan, tetapi juga menyuarakan isu sosial yang tengah mengemuka.

Membawakan Lewat Jam Malam—lagu yang akrab di telinga anak skena musik Ternate—Right Chambers tampil dengan gaya khas semi-British yang memikat. Di tengah performa, mereka menghadirkan kejutan: membentangkan payung hitam bertuliskan tagar #Bebaskan11MasyarakatAdat, sebagai bentuk solidaritas untuk 11 warga Maba Sangaji, Halmahera Timur, yang ditangkap karena menolak aktivitas tambang.

“Kami merasa perlu ikut bersuara soal 11 warga Maba Sangaji. Musik adalah ruang kami untuk menyampaikan pesan, dan ini cara kami berdiri bersama mereka,” ujar Beks, vokalis Right Chambers, saat ditemui di Café Kablakang, Minggu 11Agustus 2025.

Beks, yang juga merupakan pemilik kafe Kanan, memang dikenal konsisten menyelipkan isu-isu sosial ke dalam karya dan penampilan panggungnya. Simbol-simbol perlawanan kerap muncul dalam setiap show, mempertegas posisi Right Chambers sebagai band yang tidak hanya produktif di jalur musik, tetapi juga berani bersuara.

Tak hanya itu, band ini juga aktif merespons dinamika Maluku Utara lewat karya. Salah satunya dengan menciptakan lagu Barakat untuk Malut United, yang kemudian menjadi anthem bagi suporter Ultras Kie Raha.

Baca Juga:  DPRD Sula Segera Bentuk Satgas Cegah Kelangkaan BBM