News  

Pentingnya Peran Orang Muda Mengelola Sampah

Anggota Komunitas Biblel membentangkan spanduk jaga alam dari cemaran plastik di Perairan Patani. Foto: Istimewa

Komunitas Biblel (Bersama insan bijak lestarikan ekosistem lingkungan) kembali menggelar diskusi bertajuk “Plastik Menjajah, Anak Muda Melawan” yang disiarkan langsung melalui Facebook Galeri Biblel Patani Utara.

Acara ini menghadirkan narasumber dari Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), S. Dzakiiyyah Junaidi, Communications Officer AZWI.

Dalam diskusi itu, Dzakiiyyah menekankan bahwa ancaman sampah tidak hanya datang dari plastik, tetapi juga dari sampah organik.

Baca Juga:  Ajak Vaksinasi, Kapolda Malut: Personel Harus Mobilisasi Masyarakat

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 68,7 juta ton sampah per tahun, dengan lebih dari 41 persen berupa sisa makanan atau sampah organik.

Jika dibiarkan menumpuk di TPA, sampah organik menghasilkan gas metana, yang daya rusaknya terhadap iklim 28 kali lebih besar daripada karbon dioksida.

“Sampah organik dan plastik sama-sama berbahaya kalau tidak dikelola. Plastik mencemari dalam jangka panjang, sementara organik memicu gas metana dan risiko kebakaran di TPA,” jelas Dzakiiyyah.

Baca Juga:  Pemda Morotai Kucurkan Rp 9 Miliar Biaya Pendidikan untuk Perguruan Tinggi

Ia pun mendorong agar gerakan anak muda, termasuk BIBLEL, merambah ke isu sampah organik, salah satunya dengan mengolahnya menjadi kompos yang bermanfaat bagi tanah dan pertanian.

Selain menyoroti jenis sampah, Dzakiiyyah juga mengkritisi lemahnya sistem pengelolaan sampah di banyak daerah. Fasilitas seperti TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) memang sudah dibangun, namun banyak yang hanya sebatas fisik tanpa unit pengelola berkelanjutan.

“Akhirnya, pengelolaan sampah masih sebatas angkut dan buang ke TPA. Tidak heran TPA penuh dan sering menimbulkan masalah,” ungkapnya.

Baca Juga:  Dana Bumdes Rp 50 Juta Raib, Warga Desa Tutuhu Morotai Minta Inspektorat Usut Tuntas

Ia menambahkan, posisi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di daerah seringkali dipandang sebelah mata.

“DLH dianggap dinas buangan. Akibatnya, dana pengelolaan sampah kerap dipangkas untuk kebutuhan lain. Padahal isu sampah sudah jadi isu global dan tidak bisa lagi dianggap sepele,” tegasnya.

Di sisi lain, Dzakiiyyah mengapresiasi langkah Komunitas BIBLEL yang telah konsisten mengkampanyekan isu plastik di tingkat lokal. Ia berharap gerakan ini bisa terus diperluas, tidak hanya pada plastik tetapi juga sampah organik, agar dampaknya lebih menyeluruh.

Baca Juga:  Kajari Kepulauan Sula Tegaskan Tak Main-main Usut Dugaan Korupsi BTT

Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa AZWI tengah berjuang mengurangi produksi plastik dari hulu ke hilir, sehingga beban pengelolaan sampah bisa ditekan sejak awal.

“Anak muda harus ikut jadi bagian dari perubahan ini. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?” pungkasnya.

Penulis: Tim CermatEditor: Rian Hidayat Husni