Safari Politik Gagasan, Juli lalu adalah episode Halmahera Selatan, Maluku Utara, dengan semangat melek politik menuju Pemilu 2024, Dr. R. Graal Taliawo, S.Sos., M.Si. berkomitmen untuk memberikan pendidikan politik kepada warga.
“Pengalaman luar biasa. Saya kembali ke kampung masa kecil yang dirindukan. Kali ini titik diskusinya lumayan banyak dibanding kabupaten sebelumnya. Karena memang Halmahera Selatan adalah kabupaten dengan desa/kelurahan terbanyak di Maluku Utara,” kata laki-laki yang akrab disapa Graal ini.
Safari selama kurang lebih 11 hari ini (12–23 Juli) terbagi 2 rute: darat dan laut. Jarak yang tidak dekat dan medan yang tidak mudah tampaknya tidak menyurutkan semangat Graal untuk bersafari politik gagasan.
Respons warga desa yang disambanginya semakin menggelorakan langkahnya. Setiap tiba di desa titik diskusi, warga dengan ramah membuka pintu rumah dan menghidangkan makanan khas lokal Maluku Utara—pisang goreng, teh, sagu, ikan bakar, gohu, sayur, dan lainnya. Ia mengungkapkan, “Saya tentu bersyukur dengan jamuan ini tapi kadang malah merasa jadi merepotkan juga. Dong ibu-ibu harus menyiapkan bahan, masak, dan lainnya. Sangat berterima kasih.”

Antusiasme warga berlanjut pada kegiatan diskusi. Dihadiri banyak warga, tokoh muda Maluku Utara ini membuka diskusi secara interaktif dengan menampilkan video keseharian praktik politik kita termasuk di desa: politik transaksional dan politik identitas. Warga lalu memerhatikan penjelasan doktor ilmu politik ini dengan saksama dan aktif bertanya di sesi tanya-jawab. Seperti di kabupaten sebelumnya, makin malam makin panas. Kebanyakan diskusi selesai pukul 12.00 malam.
“Jadi kalau ada kandidat datang pa torang dong bawa doi, kitong tarima ka tarada?” tanya seorang ibu di Desa Kakupang. “Apakah 100 ribu akan membuat kita miskin jika tidak menerimanya dan membuat kita kaya jika menerimanya? Yang pasti, jika terima, kita akan akan menyumbang kerusakan dan harga diri kita pun dianggap murah,” jawab Graal lugas dan jelas.
Pada kegiatan yang dalam rangka menyebarluaskan pendidikan politik ini, R. Graal Taliawo menekankan bahwa kita sebagai pemilih harus menyeleksi kandidat berdasarkan agenda kerjanya. Apa yang dia tawarkan ketika menjabat kelak? Bagaimana dia menjalankan fungsi dan wewenangnya itu? Selain itu, menurutnya, “Masyarakat juga perlu tahu lingkup kerja setiap jabatan publik, termasuk anggota dewan, supaya tahu harus menagih apa dan tidak terbujuk janji-janji manis di luar tupoksi dan wewenang anggota dewan/pejabat publik.”

Pada sisi lain, anggota dewan (kandidat) harus cerdas/berwawasan luas, harus mapan secara ekonomi, bermoral baik, serta memiliki jaringan yang luas. Ini karena salah satu tugas mereka adalah mengawasi anggaran dan jalannya pemerintahan. Kalau tidak cerdas, bagaimana bisa mengawasi? Tupoksi mereka tidak mudah dan tidak main-main. Maka itu, ia berpendapat bahwa jangan sesaki ruang publik politik kita dengan kandidat-kandidat yang tidak bermutu.
Tak terlewat, di setiap awal diskusi, ia menegaskan dengan jelas, “Safari Politik Gagasan ini adalah murni pendidikan politik untuk warga. Tidak ada ajakan/imbauan untuk memilih atau menolak kandidat tertentu. Politik gagasan ini adalah instrumen yang bisa digunakan warga untuk menyeleksi semua kandidat tanpa kecuali.”
Berbarengan dengan itu, laki-laki kelahiran Wayaua (Bacan) ini mendistribusikan banyak buku bacaan dengan beragam genre dan laptop. Masing-masing sekitar 700 buku dan 1 atau 2 laptop disalurkan ke beberapa rumah baca di Kab. Halmahera Selatan—Desa Bibinoi, Desa Wayaua, Desa Wayamiga, Desa Labuha. “Tulisan dan bacaan begitu berperan dalam peradaban kita. Tidak ada peradaban yang tidak berdiri di atas tulisan. Selain itu, melek politik juga perlu asupan pengetahuan. Laptop juga disalurkan sebagai upaya untuk mendekatkan teknologi supaya anak-anak tidak gagap dan bisa beradaptasi kelak,” ungkap Graal saat ditanyai alasannya mendistribusikan buku dan laptop.
Tak terbatas pada anak-anak dan anak muda, banyak juga buku bacaan untuk ibu-ibu dan bapak-bapak, misal tentang pertanian, perkebunan, kemandirian ekonomi, dan lainnya. Ini bisa digunakan sebagai referensi untuk berpraktik dan berinovasi memanfaatkan sumber daya alam sekitar.
Pegiat politik gagasan dan literasi ini berharap dengan kombo ini warga desa pun bisa kritis dan mengeliminasi politik transaksional serta politisasi identitas. Dengan begitu, kandidat juga mau tidak mau akan dipaksa untuk meningkatkan kualitas dirinya jika ingin dipilih warga. “Tujuan saya adalah warga mampu ‘menelanjangi’ kandidat (agenda kerjanya) dan dong (kandidat) tako kalau asal-asalan jumpa warga,” tambah R. Graal Taliawo.
Warga desa sangat merespons positif kegiatan ini. Seorang ibu di Desa Tutupa berujar, “Acara ini boleh mantap, kase pintar torang dan menambah tong pe wawasan. Selama ini kalaupun ada kandidat, dong tara pernah kase ajar kitorang. Baru kali ini, Pak Graal ini. Sangat terima kasih telah datang ke kita pu desa.”
Semangat perbaikan dan komitmen dalam pendidikan politik kewargaan ini perlu didukung semua elemen masyarakat supaya konsekuen dan berkesinambungan. Kelak iklim perpolitikan akan lebih bermartabat dan dewasa.