Kabar gembira, Yayasan Lembaga Pengkajian dan Advokasi (YLPAI) Maluku Utara melalui divisi riset dan pengembangan (Litbang) menjadi kolaborator utama dalam proyek ReST. Mereka berhasil menjadi perwakilan Indonesia satu-satunya yang terpilih untuk program inkubator Indo-Pacific Plastics Innovation Network (IPPIN), yang diselenggarakan oleh Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) atau badan ilmu pengetahuan nasional Australia dan didukung oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (Australian Department of Foreign Affairs and Trade).
“Alhamdulillah program kami, Reaktor Sampah Terpadu, yang pernah kami tawarkan ke pemerintah daerah namun tak ada respons, kini terpilih ikut program inkubator IPPIN kerja sama antara CSIRO, pemerintah Australia, Kedaireka dan Kemenristekdikti. Program ini untuk ASEAN. Torang (kami) perwakilan Indonesia satu-satunya yang lolos mengalahkan 48 tim dari negara-negara ASEAN lainnya,” ungkap Pendiri YLPAI Muhammad Tabrani Mutalib kepada cermat, Kamis 6 Juli 2023.
IPPIN merupakan kumpulan peneliti, inovator, dan investor yang berkeinginan untuk mendesain kembali siklus sampah dari produksi hingga daur ulang. Dengan menggunakan kekuatan ilmu pengetahuan, inovasi, dan teknologi serta melalui kemitraan multisektor jangka panjang, IPPIN menjadi leader dalam new frontier inovasi sampah.
Dr.er.nat Muhammad Saleh. A. Kabir. M.Sc, kepala divisi Litbang YLPAI mengatakan, IPPIN bertujuan untuk mempersiapkan hal-hal penting dalam rangka pengembangan startup yang akan menjawab tantangan-tantangan seperti alternatif berkelanjutan (sustainable alternative) dalam penanggulangan sampah yang sudah ada, Inovasi pengelolaan sampah yang berdasar pada solusi sirkular berkelanjutan (long term circular sustainability), serta platform informasi yang mudah diakses.
“Program ini sangat kompetitif karena diikuti oleh hampir semua negara ASEAN, seperti Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, Laos dan Kamboja. Kriteria untuk tim pemenang award pun juga sangat bergantung pada kekuatan aplikasi mereka, seperti inovasi teknologi yang akan dikembangkan, produk, strategi pemasaran, serta dampaknya terhadap lingkungan,” ungkap Muhammad Saleh, A Kabir, yang saat ini menjadi Asisten Professor Universitas Bochum Jerman.
Ia bilang, untuk batch kali ini, Indonesia memiliki 48 tim yang mendaftar. “Alhamdulillah ReST menjadi tim yang terpilih,” kata Muhammad Saleh A. Kabir, selaku developer.
Katanya, YLPAI berkomitmen untuk dapat memajukan Maluku Utara bukan hanya melalui literasi, advokasi hukum, serta inovasi, tetapi juga semua aspek keilmuan yang dimiliki oleh generasi muda Maluku Utara.
“Proyek ini didasari atas meningkatnya jumlah sampah yang tidak terkontrol sehingga selain mengancam ekosistem laut Maluku Utara yang merupakan salah satu aset terutama untuk pariwisata, juga mengancam masyarakat karena potensi terkontaminasi residu-residu mikro sampah,” ujar asisten professor di University Bochum ini.
Program ReST (Recycle aus Ternate) berarti mendaur ulang dari Ternate dan secara literal berarti istirahat dengan implikasi untuk recovery yakni pemulihan untuk menambah kekuatan serta refresh yakni penyegaran untuk menjadi hal baru. Nama ini digunakan karena tujuan dari proyek ini adalah untuk mentransformasi sampah menjadi material yang bukan hanya bernilai lebih tetapi juga high demand di pasaran tanpa menghasilkan residu-residu yang tidak terdaur ulang seperti micro plastic.
Oleh karena itu, proyek ReST akan lebih menekankan dalam hal riset yang intensif sebagai dasar (baseline) dari produk. yang akan dihasilkan nanti.