Puluhan warga Desa Kawasi menggeruduk kantor PT Harita Nickel di Kecamatan Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Senin, 17 Maret 2025. Sebab, sudah hampir dua pekan lebih warga mengalami pemadaman listrik.
“Warga menuntut listrik harus segera dinyalakan. Apapun caranya, harus ada solusi,” kata salah satu narasumber yang enggan disebutkan namanya, kepada cermat, Senin, 17 Maret 2025.
Menurutnya, aksi demonstrasi kali juga tidak lepas dari janji perusahaan kepada warga. “Perusahaan pernah berjanji masalah air bersih hingga listrik jadi tanggung jawabnya,” katanya.
Selain itu, alasan warga mendesak PT Harita segera mencari solusi karena kaum muslim yang tengah melaksanakan ibadah puasa mengalami kesulitan. Terutama saat memasak makanan sahur dan takjil jelang berbuka.
“Warga kewalahan menyiapkan makanan untuk sahur maupun berbuka puasa. Desa Kawasi saat ini memang benar-benar gelap,” katanya.
Selain itu, yang membuat warga marah karena sebelum Desa Kawasi dilanda kebakaran beberapa waktu lalu, smelter perusahaan sempat mengalami peristiwa yang sama. Tapi dalam waktu singkat, sistem kelistrikan di area perusahaan dapat diperbaiki dan smelter kembali beroperasi.
“Nah, kenapa yang dialami masyarakat Desa Kawasi beda penanganan. Paling tidak kan harus ada perhatian. Apalagi mereka juga pernah berjanji ke warga soal listrik ini,” katanya.
Lebih lanjut, ia menuturkan, saat ini sebagian warga sudah pindah ke Ecovilage, sebuah kawasan perumahan yang dibangun Harita untuk merelokasi warga Kawasi. “Di Ecovilage, listrik menyala 1×24 jam,” katanya.
“Padahal jumlah warga yang tinggal di sana (Ecovilage) itu tidak sebanding dengan yang bertahan di kampung asal. Mereka di Kawasi sini lebih banyak, tapi kenapa Ecovilage lebih diperhatikan,” tambahnya.
Hal ini membuat ia curiga. Ia lantas menduga ada skenario yang dibuat oleh pihak perusahaan maupun pemerintah, agar warga yang masih bertahan di desa tak betah, hingga pada akhirnya memilih pindah ke Ecovilage.
“Kalau saya sendiri melihat sebetulnya ini ada upaya dari pihak Harita maupun pemerintah, semacam skenario untuk merelokasi warga dari Desa Kawasi ke Ecovilage. Warga sengaja dibuat tidak nyaman, tidak betah terhadap rumah mereka sendiri,” tuturnya.
Dugaannya berangkat dari peristiwa kebakaran di Desa Kawasi pada Sabtu, 1 Maret 2025 sekitar pukul 00.20 WIT. Saat itu, petugas pemadam kebakaran (damkar) baru tiba di lokasi peristiwa setelah dua jam kejadian.
“Anehnya, petugas pemadam datang tanpa membawa air. Ini pemadam tapi tidak ada air itu bagaimana. Benar, ini musibah, tapi saya curiga. Semacam siasat busuk yang dibuat untuk merelokasi warga Kawasi,” imbuhnya.

Salah satu tokoh agama setempat, pendeta Edy. A. Karamaha menegaskan, demonstrasi itu dilakukan karena masyarakat belum mendapat respons dari pihak PT Harita Nickel tentang kejelasan membantu penerangan di desanya.
Padahal, kata ia, pihkanya sudah berupaya membuat pertemuan baik-baik dengan pihak Harita untuk meminta mempercepat pelayanan listrik di Kawasi, tapi hingga kini tidak ada respons. “Karena itu, para tokoh masyarakat dan tokoh agama, bersama masyarakat membuat kesepakatan dan melakukan demonstrasi hari ini,” ujar Edy.
Menurutnya, kebutuhan listrik ini mestinya cepat dipenuhi oleh pihak perusahaan, sebab saat ini saudara-saudaranya yang Muslim sementara menjalin ibadah puasa yang dalam waktu dekat juga merayakan Idulfitri.
“Ini perusahaan besar, dan sudah banyak mengambil kekayaan alam kita, mestinya pelayanan yang mereka berikan kepada kita juga setimpal. Kita harus mendapat pelayanan listrik yang terbaik. Bukan justru membiarkan kita hidup kegelapan,” sesal Edy.
Edy menyebut pihak perusahaan selalu beralasan listrik over kapasitas. Padahal sebenarnya tidak. Pelayanan penerangan sampai di Desa Kawasi lebih dari cukup.
Hanya saja, ia menduga ini juga tak lepas dari program relokasi masyarakat Kawasi ke wilayah pemukiman baru, Ecovilage, yang tak mendapat respons secara baik dari masyarakat.
“Di desa pemukiman baru listrik menyala stabil. Kita di desa induk Kawasi listrik padam, menyala mati-menyala mati. Ini tidak adil. Kalau di sana mendapat pelayanan baik, seharusnya di sini juga begitu,” tandasnya.
Sementara itu, pihak PT Harita Nickel saat dikonfirmasi, belum direspons hingga berita ini ditayangkan.
——
Artikel berita ini sempat ditakedown sementara demi keamanan narasumber sekaligus untuk tambahan narasumber. Kini, setelah ter konfirmasi salah satu tokoh agama, artikel ditayangkan kembali dengan judul yang sama.
——-
Penulis: Olis