Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Halmahera Tengah mencatat volume sampah di kawasan lingkar tambang mencapai 50 ton perhari. Sampah tersebut tersebar di kecamatan Weda Tengah yang merupakan kawasan industri tambang nikel.
Kepala DLH Halmahera Tengah Rivani Abdurrajak mengaku pihaknya telah melakukan sejumlah upaya penanganan masalah sampah, mulai dari pengadaan armada pengangkut hingga menjalin kolaborasi dengan perusahaan tambang seperti PT Indonesia Weda Industrial Park (IWIP) dan PT Tekindo Energi, dua perusahaan tambang yang beroperasi di Lelilef, Halmahera Tengah.
“Sejauh ini kita memang sudah melakukan upaya penanganan lewat kerja sama dengan pemerintah kecamatan dan desa. Penanganan juga terus dilakukan dengan melibatkan kerja sama dengan perusahaan, dalam hal ini PT IWIP dan Tekindo,” ujar Rivani kepada cermat, Senin, 22 April 2024 lalu.
DLH mencatat volume sampah mencapai 50-55 ton setiap hari khusus di Kecamatan Weda Tengah. Kurangnya kesadaran warga yang membuang sampah sembarangan, menurut Rivani, jadi penyebab utama penumpukan sering terjadi.
Rivani menyebut ada sekitar tujuh armada roda empat yang siap melakukan pengangkutan di sejumlah titik penumpukan. Pengangkutan juga dilakukan pada Tempat Pembuangan Sementara atau TPS yang ditandai dengan kontainer penampung sampah.
“Khusus di wilayah Woebulen dan Lukolamo di Weda Tengah, kita sudah sepakat bahwa hanya ada satu titik pembuangan sementara yakni di samping Tekindo. Selain itu, kita juga memasang plang larangan membuang sampah di beberapa titik,” ujarnya.
Kendati demikian, Rivani menuturkan bahwa kesadaran warga untuk membuang sampah memang masih minim sehingga penumpukan sering terjadi pada daerah yang bukan lokasi pembuangan.
Ia menyebut, penyebab lain penumpukan sampah di Halmahera Tengah adalah peningkatan jumlah penduduk di daerah industri. Jika ditotal, kata dia, volume sampah di Halmahera Tengah mencapai 70-80 ton setiap hari.
Pada 2023 lalu, DLH Halmahera Tengah menghadirkan 7 unit armada roda tiga yang akan dibagikan ke berbagai kecamatan. Rivani bilang jumlah armada tersebut masih cukup terbatas. “Karena itu kita juga butuh dukungan dari pihak lain,” ujarnya.
Sebelumnya, penumpukan sampah di bahu jalan kawasan lingkar tambang ini menyulut protes para pengendara. Mereka mengaku sering terpapar bau busuk saat hendak melintasi kawasan tersebut.
“Sudah berulangkali sampah di sini menumpuk dan mengganggu kendaraan yang lewat. Harusnya pemerintah lebih tegas lagi jangan hanya memasang plang larangan,” ucap Haris, pengendara roda empat. Ia pun meminta pemerintah memerhatikan masalah sampah sebagai persoalan serius.