Sejumlah bangunan sentra kuliner di kawasan Water Front City (WTC) Zona II Desa Daruba, Morotai Selatan, Pulau Morotai, Maluku Utara, tampak terbengkalai akibat tidak difungsikan.
Pembangunan yang diketahui menelan anggaran sekitar Rp 3 miliar ini terlihat rusak, sebagaimana pantauan cermat pada Senin, 1 April 2024. Selain ditumbuhi rumput, kerusakan juga tampak pada beberapa bagian atap bangunan.
“Pembangunan pariwisata di Morotai rata-rata tidak memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan rakyat. Buktinya bangunan-bangunan ini mulai rusak dan tidak difungsikan,” kata AF, salah satu warga kepada cermat, Selasa, 2 April 2024.
“Di Morotai ini ada dua prioritas pembangunan yaitu perikanan dan pariwisata yang digenjot anggarannya tidak sedikit, tetapi kami masyarakat tidak merasakan dampaknya,” sambung dia.
Ia juga mempertanyakan untuk apa pemerintah daerah setempat membangun fasilitas yang terkesan tidak difungsikan tersebut.
“Kami berharap pemerintah lebih mementingkan kepentingan masyarakat. Jangan asal bangun dengan tujuan yang tidak jelas arahnya,” cetus Af.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pulau Morotai Syaban Lanoni saat dikonfirmasi mengaku ada sejumlah kendala dalam pembangunan tersebut.
“Proyek Water Front City zona II itu mulai dibangun tahun 2022-2023, setelah selesai, tenyata paket itu pekerjaan di dalamnya tidak ada air bersih. Itu jadi kendala,” ucap Syaban.
Buntut kendala air bersih itu, ia bilang, sejumlah pedagang di lokasi lapar pun enggan berjualan.
“Sehingga tadinya yang didaftar itu mau berjualan, namun mereka keluhkan belum bisa masuk karena tidak ada air bersih,” ucapnya.
Syaban mengaku di sisi lain kesadaran masyarakat menjaga fasilitas bangunan wisata juga masih terbilang minim.
“Itu yang saya coba pendekatan, sejak Desember kemarin saya ditugaskan sebagai PLT Kadis dan saya juga menyampaikan ke tokoh masyarakat dan kepala desa untuk menjaga aset ini. Paling tidak untuk tidak dirusaki,” tutupnya.