Warga Desa Kawasi, Pulau Obi, kembali menggelar aksi unjuk rasa di kantor PT Harita Nickel pada Kamis, 20 Maret 2025. Warga menuntut pihak Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan untuk menyediakan mesin genset guna mengatasi pemadaman listrik di Desa Kawasi.
Aksi yang merupakan kali ketiga ini dipimpin oleh Pendeta Edy A. Karamaha dan diikuti sekitar 20 orang warga. Mereka tiba di kantor Harita di kawasan ecovillage menggunakan dua mobil pickup.
Setibanya di lokasi pada pukul 10.05 WIT, massa langsung disambut oleh belasan anggota kepolisian. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat mereka. Pendeta Edy turun dari mobil dan berteriak lantang, menyatakan bahwa warga hanya ingin bertemu langsung dengan pihak CSR.
“Kami tidak berurusan dengan pihak kepolisian maupun pemerintah desa. Kami ingin pihak CSR hadir di sini. Kami mau bertemu dengan mereka. Tidak ada urusan dengan yang lain,” kata Edy, tegas.
Ketegangan dengan Aparat dan Pihak Keamanan
Tak lama berselang, sejumlah petugas keamanan perusahaan datang menggunakan dump truck. Sebagian dari mereka mengenakan masker buff hitam dan kacamata gelap. Sementara itu, lebih dari 30 anggota TNI berseragam lengkap juga mendekati massa dari arah depan.
Pihak kepolisian mencoba menengahi dan meminta perwakilan tiga orang warga untuk bertemu dengan CSR di dalam kantor. Namun, Pendeta Edy menolak tawaran itu dan tetap bersikeras agar pertemuan dilakukan secara terbuka. “Kami hanya ingin bertemu pihak CSR,” kata Edy, mengulangi.
Perwakilan CSR, Nafis, akhirnya menemui massa dan menyatakan kesediaannya untuk berdialog di teras kantor tanpa perwakilan yang masuk ke dalam ruangan. Ia juga meminta aparat keamanan untuk menjauh agar situasi lebih kondusif.
“Saya mohon para keamanan. Mereka ini keluarga saya. Saya kenal baik dengan mereka. Bapak-bapak polisi dan tentara mundur saja, biar saya yang menyelesaikan ini semua,” ujar Nafis.
Dialog Memanas, TNI Diduga Intimidasi Seorang Peserta Aksi
Dalam dialog tersebut, warga menuntut kepastian mengenai kapan mesin genset akan disediakan. Mereka menganggap aksi sebelumnya, yang digelar warga Muslim pada 17–18 Maret, tidak membuahkan hasil. Namun, pihak CSR berdalih dengan alasan teknis, sehingga suasana mulai memanas.
Di tengah diskusi, seorang peserta aksi bernama Mubalik mencoba menyederhanakan tuntutan warga kepada CSR. Namun, ia didatangi oleh seorang anggota TNI yang membisikkan kepadanya agar tidak ikut campur.
“Ini urusan orang Kawasi, orang lain jangan ikut campur,” kata salah satu anggota TNI.
Ketika Mubalik mempertanyakan pernyataan itu, tentara tersebut menegaskan bahwa setiap orang yang datang ke Kawasi harus melapor ke pos TNI.
Situasi semakin tegang ketika tentara itu berusaha menggiring Mubalik ke dalam kantor, tetapi Mubalik menolak dan kembali ke barisan massa. Tentara tersebut kemudian memperingatkannya dengan nada mengancam. “Awas ose (kamu) e!,” kata tentara itu.
Situasi Memanas, Warga Ancam Blokade Jalan
Sekitar pukul 11.20 WIT, adu mulut antara warga dan pihak CSR semakin memuncak, bahkan terjadi aksi dorong-mendorong. Mubalik berusaha menenangkan situasi dengan menarik salah satu warga yang tersulut emosi menjauh dari kerumunan.
Melihat perundingan tidak menghasilkan kepastian, Pendeta Edy menginstruksikan massa untuk kembali ke desa dan merencanakan aksi blokade jalan sebagai bentuk tekanan lanjutan.
Menanggapi situasi tersebut, pihak CSR akhirnya membuat berita acara yang yang pada poin pertama menyatakan bahwa dalam tujuh hari kerja—hingga 27 Maret 2025—mereka akan menyelesaikan masalah pengadaan mesin genset.
Berita acara tersebut ditandatangani oleh Manager Community Dev Harita Nickel, Ifan Farianda dan Ketua DPD Kawasi Renhar Siar.
Mubalik Diincar Aparat, Diminta Segera Mengamankan Diri
Usai aksi mereda, beberapa anggota intelijen mulai mencari tahu identitas Mubalik dengan menanyakan langsung kepada Kepala Adat Kawasi dan peserta aksi lainnya. Sementara itu, TNI dan Polri meminta Pendeta Edy agar Mubalik bersedia bertemu dengan mereka secara khusus.
Pendeta Edy yang mendapat permintaan itu, langsung menyarankan Mubalik untuk segera mengamankan diri. Mubalik pun bergegas meninggalkan lokasi dengan beberapa orang menggunakan mobil menuju titik kumpul mereka.