News  

Workshop Tuala Lipa Angkat Identitas Budaya Ternate

Dokumentasi bersama setelah Workshop Tuala Lipa digelar di Pandopo Balakusu, Kesultanan Ternate. Foto: Junaidi Dahlan/cermat

Workshop Tuala Lipa digelar di Pandopo Balakusu, Kesultanan Ternate. Kegiatan ini diikuti oleh pelajar SMA se-Kota Ternate dan bertujuan memperkenalkan sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya tradisi dalam pembuatan Tuala Lipa.

Workshop ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Festival Nyao Fufu, Kampung Nelayan, Dufa-Dufa 2025. Acara dibuka secara resmi oleh perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI Maluku Utara, Asna A. Rahman, S.E dalam sambutannya menegaskan pentingnya pewarisan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Ia juga menyatakan keprihatinannya terhadap warisan budaya yang akan punah jika tidak dilestarikan.

“Tuala Lipa adalah salah satu dari objek pemajuan kebudayaan yang merupakan simbol dari perjalanan sejarah dan kebudayaan Ternate. Melalui kegiatan ini, kami berharap generasi muda dapat memahami dan mencintai warisan leluhur mereka sendiri,” ujarnya, Kamis, 8 Oktober 2025.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Ruslan Madjid, seorang pengrajin Tuala Lipa yang telah puluhan tahun menekuni seni pembuatan Tuala Lipa, serta Sukarno M. Adam, Direktur Buku Suba Institut, akademisi dan juga budayawan yang banyak menulis tentang topik-topik kebudayaan daerah.

Suasana Workshop Tuala Lipa digelar di Pandopo Balakusu, Kesultanan Ternate. Foto: Junaidi Dahlan/cermat

Dalam pemaparannya, Ruslan Madjid menjelaskan proses pembuatan Tuala Lipa yang penuh makna. Setiap motif, warna, dan juga teknik yang digunakan, katanya, merepresentasikan filosofi kehidupan masyarakat Ternate yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, keharmonisan dan juga kebersamaan.

Sementara itu, Sukarno M. Adam dalam pemaparannya Via Zoom Meeting menyoroti pentingnya Tuala Lipa sebagai ekspresi, estetika sekaligus narasi sosial, dan juga terkandung di dalamnya nilai-nilai politik dan juga sejarah yang harus terus dijaga keberlansungannya.

“Kain ini bukan hanya artefak budaya, tetapi memiliki nilai dan makna hidup yang mestinya terus bisa dibaca, ditafsir, dan dikembangkan ulang oleh generasi baru,” ungkap Sukarno.

Baca Juga:  Seorang ASN Ternate Kedapatan Menjabat di Kepulauan Sula

Peserta workshop berasal dari berbagai SMA se-Kota Ternate. Mereka mengikuti rangkaian kegiatan dengan antusias, mulai dari pemaparan materi oleh narasumber hingga praktik langsung mengenal motif dan teknik dasar menenun. Melalui interaksi tersebut, para siswa tidak hanya belajar tentang kain tradisional, tetapi juga memahami nilai filosofis di balik setiap lipatan-lipatan kain yang di bentuk sedemikian hingga menjadi Tuala Lipa.

Workshop Tuala Lipa menjadi salah satu upaya nyata dalam memperkuat hubungan antara generasi muda dengan warisan budaya leluhur. Di tengah arus modernisasi, kegiatan ini menegaskan bahwa tradisi bukanlah sesuatu yang usang, melainkan sumber inspirasi dan juga kebanggaan atas keunikan kebudayaan.

Dengan demikian, Festival Nyao Fufu, Kampung Nelayan, Dufa-Dufa 2025 tidak hanya menjadi ajang perayaan semata, tetapi juga menjadi ruang refleksi—tentang bagaimana warisan budaya seperti Tuala Lipa mampu mengikat masa lalu dan masa depan kebudayaan Ternate dalam satu identitas yang indah dan bermakna.

Penulis: Wahyuddin Gafur