News  

Asrun Padoma Sebut Kepemimpinan Benny Laos di Morotai Seperti Penjajah

Asrun Padoma saat berorasi dalam acara silaturahmi Rusli Sibua. Foto:Aswan/cermat

Kepemimpinan mantan bupati Benny Laos dianggap sebagai masa terpuruk ekonomi di Pulau Morotai. Bahkan, masa kepemimpinan bupati terkaya di Indonesia ini dinilai seperti di era penjajahan.

Hal itu disampaikan oleh mantan Wakil Bupati Morotai, Asrun Padoma, yang merupakan Wakil dari Benny Laos, dalam kegiatan silaturahmi Rusli Sibua dan Rio Christian Pawane dengan masyarakat di Desa Koloray, Kecamatan Morotai Selatan, Selasa, 17 September 2024.

“Kita saat ini sebenarnya dijajah. Kita dijajah secara ekonomi. Karena itu, penjajahan harus kita hapus di atas dunia karena memang perintah Undang-undang,” kata Asrun dalam orasinya.

“Kalau anak-anak kita atau saudara kita yang ikut dalam barisan itu (Benny Laos), maka mereka adalah bagian dari penjajah. Kalau mereka adalah penjajah, maka dorang (mereka) tidak boleh hidup di Morotai karena dorang akan membunuh torang orang Morotai punya masa depan,” sambungnya.

Asrun menerangkan, sebelum kepemimpinan Benny Laos, Morotai begitu makmur karena pertumbuhan ekonomi berjalan stabil. Di mana, ASN dan honorer tak dapat lagi dibedakan karena kesejahteraan yang merata. Petani dan nelayan juga sejahtera karena hasil panen dan hasil tangkapan laku terjual. Tetapi, saat Morotai di bawah kendali Benny Laos, semua berbanding terbalik.

“Dulu anak-anak Morotai yang sekolah di Jakarta dan Jogja itu aman-aman saja. Tetapi, sekarang banyak anak-anak Morotai yang kuliah di Jogja, tapi ekonomi mereka sudah tidak mampu dengan kepemimpinan yang zalim, maka kemudian suka atau tidak suka, dorang harus pulang dan selesaikan kuliah di Unipas sini. Beruntung masih ada Unipas di Morotai. Unipas itu Rusli Sibua yang mendirikan kampus itu,” terangnya.

Selain itu, Benny Laos juga disebut telah menginjak-injak harga diri warga Morotai dengan menghitung nilai harga diri manusia setara dengan harga seekor sapi. Bahkan, hal itu ia sampaikan di hadapan publik.

Baca Juga:  Puluhan Tenaga PPPK Guru di Ternate Ditempatkan Dengan Cara Undian

“Waktu itu banyak yang hadir di situ karena memang ada banyak pejabat yang dilantik. Dia (Benny Laos) bilang begini, ‘saudara-saudara orang Morotai ngoni bicara soal harga diri tapi harga diri kalian itu harganya berapa? Harga diri kalian itu tidak lebih mahal dari harga seekor sapi.’ Dia yang bilang begitu. Jadi torang punya harga diri ini dia sudah injak-injak,” ujarnya.

Sehingga, kata Asrun, pemimpin yang seperti itu tak boleh lagi diikuti. Maka, Morotai ke depan membutuhkan pemimpin yang mampu melakukan perlawanan terhadap sistem pemerintahan yang menjajah itu. Rusli Sibua dan Rio C Pawane dinilai mampu serta mengokohkan harga diri rakyat Pulau Morotai.

“Jadi kami di sini menyampaikan untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah. Saya ini mantan wakil bupati, sebetulnya tidak boleh saya bicara seperti ini tapi kalau tidak disampaikan maka saya adalah bagian dari pengkhianatan 78.000 rakyat Morotai,” pungkasnya.

Penulis: Aswan KarieEditor: Ghalim Umabaihi