Pamor batu Bacan dan Obi seakan telah redup. Padahal, batu dengan nama ilmiah Krisokola itu, sempat menjadi primadona.
Hal itu diakui oleh Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku Utara, Suriyanto Andili.
“Tidak seperti tahun 2014-2015,” ucap Suriyanto kepada cermat, Senin (28/3) dalam kegiatan Diklat Pengusahaan Batu Mulia dan Batu Hias di Provinsi Malut, di Hotel Sahid Bela Ternate.
Suriyanto beranggapan, kalau pun masih ada peminatnya, itu hanya di kalangan tertentu. “Biasanya menengah ke atas,” katanya.
Seiring dengan itu, pandemi COVID-19 turut melululantahkan semua sektor. “Termasuk pelaku usaha, khususnya di Maluku Utara,” katanya.
Oleh karena itu, melalui Diklat yang akan berlangsung hingga Jumat (1/4) ini, Dinas ESDM Malut bekerjasama dengan Badan Geologi Kementerian ESDM, mendorong pelaku usaha untuk kembali bangkit.
Diklat yang diikuti 22 pelaku usaha tersebut, diharapkan bisa menulari rekan-rekannya yang lain agar bisa termotivasi.
“Itu target kami. Jadi tidak boleh sampai di sini, tapi harus ada kelanjutan. Baik dari bantuan peralatan hingga pemodalan,” katanya.
Sebagai bentuk keseriuan, Dinas ESDM Malut akan berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta Dinas Koperasi dan UMKM.
“Karena mereka yang tahu persis soal pangsa pasarnya seperti apa,” katanya.
Dinas ESDM Malut, kata Suriyanto, pada prinsipnya mendukung program pemerintah pusat dalam upaya mengangkat kembali marwah pelaku usaha batu mulia di daerah.
Bagi Suriyanto, kegiatan ini sebagai langkah awal. “Ke depan, akan dibuat secara besar-besaran dari setiap kabupaten dan kota,” ujarnya.
Dengan demikian, menurutnya, tidak hanya batu Bacan dan Obi. Tapi beberapa jenis batu dari daerah lain yang bisa dikenalkan.
“Contoh misalnya batu Haltim (Halmahera Timur), atau batu Loloda (Halmahera Barat) yang sempat buming kemarin itu,” katanya.