Malam itu di depan Masjid Heku, Kelurahan Akehuda, Kota Ternate, Maluku Utara, anak-anak hingga orang tua datang berduyun-duyun sambil menggenggam obor. Mereka terlihat antusias memeriahkan Festival Ela-ela.
Ela-ela sendiri merupakan sebuah tradisi yang telah mengakar lama di kehidupan masyarakat Maluku Utara, khususnya di Kota Ternate.
Dalam kegiatan itu ratusan anak-anak dan orang muda berbaris rapi menanti pembakar obor pertama yang akan dilakukan oleh empat imam atau yang biasa disebut sebagai Imam Bubula Raha.
Setelah pembakaran obor pertama dilakukan, serentak semua obor yang ada pun ikut dibakar, setelah itu, para imam kemudian menyerahkan empat obor yang mereka pegang kepada Mahimo Gam (tetua kampung) yang disematkan kepada Lurah Dufa-Dufa, Muhammad Irwan Ali.
Setelah penyerahan obor itu dilakukan, anak-anak kemudian diarahkan berjalan sambil melantunkan ayat-ayat suci al-quran di belakang Mahimo Gam. Hal ini kemudian menarik perhatian masyarakat sekitar untuk mengikuti festival tersebut.
Festival Malam Ela-ela memang merupakan kegiatan yang digagas oleh Pemerintah Kota Ternate melalui Dinas Kebudayaan Kota Ternate, hal ini dilakukan untuk menjaga tradisi malam ela-ela agar tidak tergerus zaman.
“Di beberapa tahun terakhir kami melaksanakan festival ela-ela yaitu melakukan lomba festival ela-ela antar kampung atau kelurahan yang satu dengan kelurahan yang lain. Dan nanti ada apresiasi dari pemerintah Kota Ternate kepada mereka yang berhasil meraih terbaik untuk festival ela-ela,” kata Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman, Sabtu, 6 April 2024.
Tauhid bilang, alasan kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk dari upaya Pemerintah untuk mempertahankan dan melestarikan tradisi ela-ela yang telah berumur ratusan tahun lamanya.
“Ini merupakan tanda kegembiraan dari akan berakhir bulan suci Ramadan dan memang tradisi ini sudah berlangsung begitu lama, sudah ratusan tahun dan sampai saat ini tetap dijaga dan dipertahankan oleh warga Maluku Kie Raha termasuk di Kota Ternate,” ungkap Tauhid.
Malam ela-ela lazimnya dilakukan di malam ke-27 Ramadan. Malam itu menandakan akan berakhirnya bulan suci Ramadan dan akan tiba bulan Syawal dalam kalender Islam.
”Ela-ela adalah tradisi yang dilaksanakan setiap malam ke 27 Ramadan di mana warga masyarakat menyalakan obor, menyalakan lampu secara terang terutama di depan rumah masing-masing,” ujarnya.
Tauhid menuturkan bahwa tradisi ela-ela ini juga merupakan bagian dari kegiatan syiar agama dan sekaligus rasa syukur dari warga kita yang nanti akan mengakhiri bulan suci Ramadan, “mudah-mudahan dengan mengakhiri bulan suci Ramadan umat Islam terutama di Kota Ternate merasa menang atas kemenangan dari pelaksanaan ibadah puasa yang berlangsung selama 1 bulan,” ujarnya.
Tauhid menambahkan, Festival Ela-Ela menjadi wisata religi yang perlu mendapat sentuhan khalayak luas.