Oleh: YUDISTIRA JOHAN
Halmahera Tengah tentu mempunyai kisah panjang sebelum banyak perusahaan tambang menambatkan izin operasi. Merujuk jejak historisnya, negeri Fagogoru ini sejatinya memang baru merasakan esensi kemerdekaan setelah dimekarkan dengan pemindahan Ibu Kota Kabupaten dari Tidore (Soasio) ke Kota Weda.
Mandat pemekaran itu berdasarkan ketentuan pada pasal 1 ayat 6 undang-undang no 23 tahun 2014 tentang otonomi daerah; bahwa hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem NKRI.
Medio 2007 adalah tahun-tahun menentukan di mana Halmahera Tengah untuk kali pertama melaksanakan Pemilihan Umum Kepada Daerah (Pemilukada). Lewat momentum demokrasi itulah masyarakat Halteng meggunakan hak konstitusionalnya untuk menentukan siapa yang terbaik dari sekian putra/putri Halmahera Tengah.
Kendati Pemilukada kala itu kompetitornya sangat sengit, karena putra-putri terbaik Fagogoru saling bertarung, namun pasangan Ir. M. Al Yasin Ali, M.MT dan Gawi Abbas menjadi yang terpilih melalui legitimasi masyarakat Halteng lewat demokrasi yang bebas dan rahasia.
Al Yasin atau akrab disebut Aba Acim kemudian menyandang nama ‘Bapak Pembangunan’ dengan memenangkan dua kali Pilkada Halteng berpasangan dengan Alm. Soksi Hi. Ahmad yang dipercayakan masyarakat Halteng untuk menentukan nasib Halteng lima tahun lagi. Tentu saja dua periode bukan waktu singkat jika dibandingkan dengan kepemimpinan setelahnya. Aba Acim pun dinilai layak dijuluki sebagai “Bapak Pembangunan Halmahera Tengah”.
Dua periode memimpin Halteng, karier politik Aba Acim mulai mentereng. Alhasil, ia juga terpilih menjadi wakil gubernur dan menjadi Pj Gubernur Malut walau hanya dengan kurung waktu yang singkat yakni selama 6 bulan.
Kecerdikan smantan birokrat itu mampu “menyulap” Kota Weda yang mulanya memperihatikan hingga menjadi salah satu kabupaten dengan percepatan pembangunan infrastruktur yang amat pesat. Namun, di balik kesuksesan seorang Aba Acim, di belakangnya terdapat sosok istri tanggung yakni Hj Muttiara T. Yasin SE,.M.Si.
Pengalaman serta sepak terjang Aba Acim di birokrasi banyak memberikan stimulus bagi pemerintah daerah Halteng saat itu sehingga mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat lewat APBN untuk membangun Halmahera Tengah.
Infrastruktur jalan serta pembangunan fisik lainnya dibangun melalui APBN sebab Halteng saat itu APBD di periode pertama masih receh, mulai dari 250M-350M tahun berjalan smpai pada periode kedua APBD mentok di 700M.
Perbandingan APBD 1 tahun 6 bulan dengan APBD 1 periode (5 tahun) tahun pertama Aba Acim hampir sama. Apalagi APBD 1 periode setelah kepemimpinan Aba Acim sudah cukup sehat. Sekarang, daerah ini bahkan ditopang dengan hadirnya perusahaan raksasa Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP).
Dikenal Luas
Halmahera Tengah tampaknya bukan lagi daerah yang dianggap remeh, bukan kaleng-kaleng. Salah satu daerah yang punya konstruksi bukan hanya di Indonesia tapi di dunia, Halteng diberikan status oleh pemerintah Indonesia sebagai daerah yang menjadi vitalnya NKRI.
Dewasa ini, Halmahera Tengah sudah dikenal luas tak hanya di Indonesia namun juga mancanegara. Di sisi lain, boleh dibilang, Halteng menjadi rebutan orang-orang yang hanya ingin menguasai sumber daya alam dan memanfaatkan dukungan masyarakat untuk kepentingan elit tertentu.
Menentukan Sikap Politik
Kembali ke sekarang. Tahun 2024 bukan kali pertama ajang kontestan pemilukada dihelat. Dinamika politik Halteng cukup menggelitik sebab tidak menutup kemungkinan ada pula titipan cukong yang memperkeruh kondisi perpolitikan Halmahera Tengah.
Dari tiga bakal calon yang berkontestasi di Pemilukada Halteng saat ini masyarakat akan menguji setiap visi misi bahkan baik-buruknya kandidat pasangan calon. Bila kriteria ketiga calon pemimpin dinilai buruk maka masyarakat harus memilih yang paling sedikit keburukanya.
Halmahera Tengah Maju, Mandiri, Sejahtera dan Berkelanjutan adalah Salah Satu visi dari Pasangan Calon no urut 1 MUTTIARA – SALIM KAMALIDDIN (MUSTIKA) Halmahera. Sebagai generasi yang melek dengan kondisi politik Halteng jangan pernah terlena dengan kepentingan sesaat harus punya visi yang jelas karena kita punya historis yang kendal dengan identitas bahwa kita adalah Fagogoru dan Fagogoru adalah kita.
Jangan sekali kali melupakan sejarah “JASMERAH” Bung Karno. Bila kita mengatakan masa bodoh dengan sejarah mulai sekarang kita kembali untuk membuka lembaran sejarah bahwa Orang Fagogoru tidak Pernah di taklukkan.
Hi. Salahuddin bin Talabuddin merupakan Tokoh Nasional yg berasal dari bumi Fagogoru. Perjuangannya mengusir penjajah hanya ditaklukkan melalui kerjasama picik sehingga terbunuh oleh bangsanya sendiri.
Perjuanganku lebih mudah karena melawan bangsa lain tapi perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri – Bung karno
Kalo kita flashback perjalanan Halteng, sangat tepat hari ini ungkapan Bung Karno terbukti bahwa Orang Fagogoru akan sulit perjuangannya karena melawan orang Fagogoru itu sendiri.
Bumi Fagogoru mempunyai orang-orang yang terkenal, memiliki SDM yang mumpuni. Bila kita diobok-obok oleh elit Nasional maka kita harus menundukkan kepala sejenak seraya mengangkat panji-panji perjuangan bahwa orang Fagogoru lebih hebat.