Dewan Kesenian Kota Ternate akhirnya aktif kembali setelah dilantik dengan masa kepengurusan selama empat tahun (2023-2027), oleh Wali Kota Ternate M. Tauhid Soleman pada Rabu, 27 Desember 2023 di Aula Kantor Wali Kota.
Pelantikan tersebut berdasarkan SK Wali Kota Ternate, Nomor: 242/II.24/KT/2023 tentang Pembentukan Dewan Kesenian Kota Ternate masa bakti 2023-2027.
Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman mengatakan, Dewan Kesenian memiliki peran sentral dalam memajukan budaya dan seni. Dengan mengorganisir berbagai kegiatan seni, mereka tidak hanya melestarikan warisan budaya lokal tetapi juga menciptakan platform bagi bakat-bakat baru.
“Melalui inisiatif ini, dewan kesenian berkontribusi pada identitas kultural dan perkembangan sosial masyarakat, memperkaya pengalaman kolektif dalam menghargai kekayaan seni tradisional serta kontemporer,” ujar orang nomor wahid di Kota Rempah ini.
Selain itu, Wali Kota bilang, Dewan kesenian juga harus mampu menciptakan ekosistem yang dapat memajukan ekonomi tempatan. Dengan menjalankan ekosistem, sektor lainnya dapat terkoneksi, tanpa mengesampingkan nilai dari seni maupun kebudayaan setempat.
Wali Kota juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Abdurrahman Soleman, yang kini resmi sebagai Ketua Dewan Kesenian Kota Tenate, karena telah berjuang mengaktifkan kembali Dewan Kesenia di Ternate, setelah vakum puluhan tahun.
Sementara itu, Abdurrahman Soleman, usai dilantik menceritakan, awalnya, pekan kemarin, ia mengikuti Kongres Kebudayaan Indonesia 2023. Saat, ia bertemu sekira 20 orang, yang ternyata semuanya adalah pengurus Dewan Kesenian dari berbagai daerah. “Dari situ, kami berbincang untuk mengaktifkan di setiap daerah,” ungkap Ko Abdu, sapaan Abdurrahman.
Bahkan, kata Abdu, para pengurus Dewan Kesenian ini, mendorong poin 5 dalam Maklumat Kongres Kebudayaan Indonesia 2023: Kebudayaan Sebagai Daya Transformasi Keindonesiaan itu, yang berbunyi sebagi berikut:
Transformasi tata kelola Dewan Kesenian dan atau Dewan Kebudayaan menjadi prioritas kelembagaan untuk membangun ekosistem Pemajuan Kebudayaan. Musyawarah Kesenian Nasional menjadi platform bagi para seniman untuk hadir dan berperan secara lebih dinamis dan terukur. Taman budaya, museum, galeri dan kawasan warisan budaya dikembangkan sebagai bentuk-bentuk layanan umum yang dapat diakses publik secara berkelanjutan.
Setelah pulang dari Kongres tersebut, Abdu langsung berkomunikasi dengan Wali Kota Ternate. Abdu pun diinstruksikan agar menyiapkan pembentukan Dewan Kesenian Kota Ternate.
Melacak Kembali Rekam Jejak Pembentukan Dewan Kebudayaan Kota Ternate
Minimnya narasi, kata Abdu, selalu terjadi di banyak organisasi. Termasuk Dewan Kesenian Kota Ternate. Sebab itu, Abdu dan pengurus, katanya, akan memperkuat hal ini. Bahkan, katanya, Jejak Pembentukan Dewan Kebudayaan Kota Ternate masih banyak versi, yang harus diteliti dan ditulis kembali.
“Seingat saya, Dewan Kesenian Kota Ternate aktif pada tahun 2003. Saat itu ada Ayah Ari (Zainuddin M. Ari) dan beberapa senior lainnya. Itu di Zaman Alm Wali Kota Syamsir Andili. Seingat saya, lembagai ini timbul tenggelam. Dan vakum pada 2006. Namun, kita harus kembali meneliti lagi. Sebab, dugaan kuat, sebelum tahun 2003, pembentukannya sudah mulai. Itu bahkan inisiasi dari para seniman, budayawan kita terdahulu,” ujar Abdu.
Abdu berharap, Dewan Kebudayaan Kota Ternate, menjadi wadah orang muda berkreasi. Mengembangkan bakat seperti musik, senirupa, sinematografi, dan lainnya. Ini, katanya, untuk melihat agar perkembangan seniman lebih terarah kedepannya.
Sementara itu, Zainuddin M. Ari, Penasehat Dewan Kesenian Kota Ternate juga mengatakan, rekam jejak pembentukan Dewan Kesenian memang harus diteliti dan dinarasikan kembali.
Ari bilang, sebelum tahun 2003, ia mendengar yang pertama terbentuk adalah Dewan Kebudayaan Maluku Utara, lalu kemudian ada Dewan Kesenian Maluku Utara. “Seingat saya saat itu adalah Ismail Narawi. Saya juga pernah bikin logonya Dewan Kesenian pada 2003. Namun, sejarahnya harus diteliti kembali. Saya takut, saya salah,” ungkap M. Ari.
M. Ari, bisa dikata adalah orang yang terlibat mengalami pasang surut organisasi seperti ini. Menurutnya, beberapa kali terjadi kevakuman organisasi seperti ini karena ada semacam pembagian kue yang tidak merata. Meski begitu, karena cinta terhadap seni, ia tetap hadir dengan harapan organisasi ini akan mengalami perubahan besar dan menghargai seni sebagai adab—filosofi hidup masyarakat tempatan.