Secara keseluruhan problem sampah di Kelurahan Dufa-dufa, Ternate, Maluku Utara, sangatlah kompleks. Secara tipologi, Dufa-dufa berada pada posisi yang bisa dikata terbentuk dengan kondisi alam—terlihat dari berapa jalur lava atau kali mati. Dalam bahasa tempatan disebut barangka.
Di sebelah selatan Dufa-dufa berbatasan langsung dengan Kelurahan Sangaji, di sebalah utara berbatasan dengan Akehuda dan Tubo, sementara di sisi timur berhadapan langsung dengan laut Halmahera dan sisi barat langsung ke pegunungan.
Dengan adanya barangka sebagai batas wilayah, masalah sampah menjadi semakin kompleks dan butuh penangan ekstra, tentunya.
pemerintah di tingkat kelurahan maupun instansi terkait, tentu harus mempunyai peran strategis pada periode pemerintahan Tauhid Soleman ini.
“Pemerintah kelurahan tidak pernah turun untuk memperhatikan masalah sampah yang dihadapi warga khususnya di lingkungan Ake Sako RT 01/RW 01,” ungkap Surinta Andi.

Perempuan berusia 34 tahun ini mengatakan, tidak tersedia tempat penampungan sampah di lingkungan tersebut membuat warga kebingungan harus diapakan sampah ini.
Akibatnya, warga setempat kemudian mencari cara lain untuk mengurai sampah rumah tangga, beberapa cara kemudian menjadi alternatif.
“Awalnya sampah kita pilah terlebih dahulu, antara sampah basah dan juga sampa kering. Sampah basah sisa makanan kita buang kasih makan hewan ternak, sampah kering seperti kertas, bungkus diterjen, kantong plastik dan botol plastik kita bakar di tempat pembakaran tepat di belakang rumah,” katanya.
Ia juga mengakui, tidak semua warga setempat melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan, ada juga yang masih membuang sampah di selokan dan juga bantaran kali mati.

“Tidak semua punya kesadaran terkait sampah, ada juga yang sering menampung sampah ketika hujan baru di buang langsung ke selokan. Ada juga yang diam-diam buang ke kali mati yang jaraknya cukup dekat dengan pemukiman. Hal ini dilakukan karena tidak adanya tempat penampungan sampah yang disediakan pemerintah kelurahan,” ungkapnya.
“Beruntung sekarang ada motor pengangkut sampah yang tiap hari lakukan pelayanan sampah, jadi kita warga – di sini sangat terbantu sekali. Sebab, untuk membuang sampah sudah tidak perlu lagi jauh-jauh pergi ke tempat pembuangan sampah, tinggal taru saja di depan rumah nanti mototor sampah yang datang ambil.
Rosadi Robo (42 tahun) mengakui, adanya motor sampah sangat membantu warga khususnya di lingkungan tempat tinggalnya. Pelayanan yang hampir tiap hari dilakukan sangat membantu.
“Tinggal bagaimana Wali Kota lebih tegas lagi untuk membenahi perangkat (Pemerintahan di tingkat kelutahan) yang ada. Sebab, trobosan terbaru motor pengangkut sampah ini sangat baik dan sangat baru, konsep seperti ini belum pernah dibuat sebelumnya” ujarnya.

dan motor pengankut sampah yang tersedia di kelurahan Dufa-dufa, tepatnya berada di depan kantor PDAM. Foto: tim cermat
Di tingkatan kelurahan, harusnya lebih aktif lagi untuk melakukan kontrol, karena bisa membatu program-program Pemkot untuk bisa cepat terealisasi khususnya masalah sampah.
Sampah sendiri merupakan masalah urban yang hampir di semua dearah mengalaminya. Olehnya itu peran semua kalangan mulai dari Pemerintah, Pemuda, Anak-anak, Komunitas, dan Akademisi.
Bahrun N Majid (49 tahun) mengatakan, kepedulian pemuda terhadap lingkungan sangatlah penting, olehnya itu sosialisasi dan edukasi sangat diperlukan,
“Pelatihan, seminar FGD tentang pengelolaan sampah bila perlu pesertanya harus pemuda di setiap kelurahan, agar kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan,” ucap Bahrun.
Menurutnya, tidak semua sampah rumah tangga harus di buang secara langsung begitu saja, terlebih dahulu haruslah dilakukan pemilahan satu persatu agar nantinya volume sampah yang di buang bisa berkurang,
“Ini bisa membantu Pemerintah dalam penanganan sampah. Pengeluaran anggaran pun dapat ditekan agar tidak terlalu besar,” ujarnya.

Sebab, keterbatasan tempat penampungan yang ada di Takome tentunya harus diantisipasi dengan melakukan pemilahan sedari dini di rumah. Bukan tidak mungkin sampah yang dibuang secara langsung bisa menyebabkan over kapasitas.
“Trerobosan pemerintah untuk menghadirkan motor pengangkut sampah sangatlah membantu masyarakat, hal ini belum pernah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya, tinggal bagaimana struktur pemerintah ditingkat kelurahan memasifkan fungsi kontrol dan pengawasan”.
“Selain armada motor pengangkut sampah harus juga ditambah dengan pengadaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) untuk lebih mempermudah masyarakat dalam mengumpulkan sampah,” katanya.
Di samping armada motor roda tiga pengangkut sampah, Wali Kota Ternate juga membuat tempat sampah tematik di beberapa kelurahan, sebagai satu inovasi baru yang diharapkan bisa mengatasi problem sampah yang ada di Kota Ternate saat ini.
Rian Hamit (35 tahun) mengatakan, tempat sampah tematik yang dibuat pemerintah di Dufa-dufa sangat membantu warga,”Kita sering duduk-duduk dan bermain domino di tempat duduk yang disediakan tepat disamping tempat sampah, akan tetapi tinggal sosialisasi saja dari pemerintah agar ada kesadaran dari masyarakat,” ujarnya.
Ia juga menyayangkan, beberapa warga yang tidak memisahkan antara sampah basah dan sampah kering saat di buang ke tempat sampah tematik.
“Ada beberapa warga yang tidak memilah terlebih dahulu antara sampah basah dan sampah kering sebelum di buang, hal ini sangat mengganggu jika ada keterlambatan dalam pengangkutan oleh mobil sampah bisa berakibat pada bau busuk yang keluar dari sampah basah,” sesalnya.
Tempat sampah yang tepat berada di depan kampus Aikom Ternate ini, lanjut Rian, bukan hanya dijadikan tempat sampah oleh warga Dufa-dufa saja, akan tetapi kelurahan tetangga juga sering membuang sampah tempat tersebut.
“Biasanya pada pagi hari, bak sampah sudah kami tutup pakai karung, orang-orang dari kelurahan tetangga juga sering buang di sini, padahal sudah ada pemberitahuan soal waktu pembuangan (sampah) di sini,” kata dia.
Masalah sampah yang ada di Kelurahan Dufa-dufa bukan hanya terjadi pada warga yang berada di dekat bantaran kali mati dan daerah ketinggian, akan tetapi masalah ini juga merambat sampai ke daerah pesisir pantai.
Pelayanan sampah yang hanya melayani di gang-gang kecil juga menjadi permasalahan. Sebab, masyarakat pesisir pantai khususnya di seputaran taman Tulang Ikan di RT 03/ RW 03 mengeluhkan motor sampah yang tidak masuk mengangkut di daerah tersebut.
“Motor sampah tidak pernah angkat sampah di sini, tapi jika diminta untuk angkat malah mereka minta uang tip. Apa lagi kalau mobil sampah terlambat masuk angkat sampah dan kami tidak punya uang untuk pake motor pengangkut sampah maka sampah akan tertumpuk begitu saja,” ungkap Rusna (40 tahun).
Mobil sampah yang biasanya menggakut sampah seminggu sekali sering juga terlambat, hal itu mengakibatkan banyak sampah khususnya sampah plastik yang terbang berhamburan saat di tiup angin. Ini cukup mengganggu warga setempat. Apalagi, di lokasi tersebut sudah menjadi salah satu destinasi wisata kuliner.
Akhirnya untuk mengatasi hal ini warga setempat, Rusna sering mencari solusi lain dengan membayar motor pengangkut sampah atau dengan menumpukkan sampah di tepi pantai kemudian dibakar saat malam hari.
“Batok kelapa, sampah pelastik, bungkus-bungkus makanan biasanya kami kumpul untuk dibakar” katanya.

Katanya, di lokasi sekitarnya, motor roda tiga pengangkut sampah hanya melayani sampah yang ada di gang-gang kecil, tidak untuk sampah yang berada di jalan raya. Sebab, sampah yang ada di jalan raya dianggut menggunakan mobil pengangkut sampah.
Sementara, beberapa petugas mengeluh soal minimnya bahan bakar motor roda tiga pengangkut sampah. Hal itu, kata mereka, berpengaruh pada akses mereka untuk mengangkut sampah di sejumlah titik.
“Kita hanya dikasih 7 sampai 10 liter bahan bakar oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Jumlah ini sangatlah tidak cukup untuk digunakan mengangkut sampah di Dufa-dufa, olehnya itu kalau bisa bahan bakar tolong ditambah biar kita bisa kerja secara full,” ungkap Afrijal Yahya (28 tahun) salah satu operator motor roda tiga pengangkut sampah yang ada di Kelurahan Dufa-dufa.
Ia juga mengeluhkan tentang alat kelengkapan kerja yang dianggap sangat tidak memadai. ”Di samping bahan bakar yang kurang, kami juga minta sepatu boot, helm dan juga alat pengangkut sampah seperti skop dan garukan rumput,” harapnya.
Lurah Dufa-Dufa, Ilham Hamid mengakui, luas wilayah kelurahan Dufa-dufa yang cukup luas sangat tidak cukup jika hanya dilayani oleh 2 kendaraan motor pengangkut sampah.
Ia mengharapkan agar ke depannya ada penambahan armada dan juga penambahan jatah bahan bakar.
“Kalau hanya 2 kendaraan motor saja itu tidak cukup dan juga jatah bahan bakar yang sangat jauh dari kata cukup. Hal ini mengakibatkan pelayanan sampah di kelurahan Dufa-dufa tidak berjalan secara baik,” kata pria 42 tahun ini.
Dufa-dufa yang juga memiliki pasar dan dermaga, perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebab, sampah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat yang berlalu-lalang kesana-kemari membuat produksi sampah juga meningkat.
Olehnya itu, Ilham mengharapkan adanya pengadaan satu unit bak sampah yang ditempatkan di area pasar. Hal ini perlu untuk diadakan agar pengunjung pasar Dufa-dufa bisa tertip dalam membuang sampah, katanya.
Ilham bilang, awalnya di area pasar Dufa-dufa ada satu bak sampah besar, tapi kemudian dipindahkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate, “Dulunya di pasar ada bak sampah, namun sudah dipindahkan oleh DLH tidak tau kemana,” ungkapnya.
Selain area pasar yang rawan tumpukan sampah, area Kampus juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebab, tidak sedikit indekos di seputaran kampus menjadi alasan makin bertambahnya tumpukan sampah di Keluran Dufa-dufa.
Artikel terkait adalah hasil dari kerjasama PT Cermat Media Aksara dengan Bappelitbangda Kota ternate dalam “Penelitian dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Tentang Survei dan Publikasi Pandangan Publik Soal Pengelolaan Sampah Kota Ternate 2023,”.