Ternate seperti kota kebanyakan di Indonesia yang masih sukar menghindari 4 problem ini. Di antaranya persoalan urban, pemukiman, lingkungan dan transportasi. Dan urbanisasi masih menjadi masalah yang krusial. Karena manusia bergerak melakukan aktivitas sehingga berdampak pada sampah, ruang hidup, air, lingkungan dan transportasi.
Hal itu disampaikan oleh Mahmud Ici, jurnalis Mongabay Indonesia pada sesi Diskusi Terarah bertematema “Sampah, Manusia, dan Kota” dalam event Terbaca ke-6, di Benteng Oranje Ternate, Maluku Utara, Rabu (12/4).
Narasumber lain yang turut hadir dalam diskusi tersebut antara lain akademisi UMMU Ternate Yahya Alhaddad, peneliti geologi Deddy Arif, dan perwakilan DLH Kota Ternate Syarif Tjan.
Mici, sapaan akrab Mahmud Ici, menjelaskan, Ternate merupakan kota kecil yang secara ruang tidak mampu menampung urbanisasi yang begitu banyak. Akhirnya, sambung ia, semua harus naik ke dataran tinggi untuk membuat tempat pemukiman, karena di dataran rendah sudah tidak lagi mampu menampung.
“Ini kemudian melahirkan problem sampah, lingkungan, transportasi dan air bersih. Maka itu pemerintah harus mampu mengatur dan mengontrol urbanisasi ini sehingga tidak terjadi penumpukan penduduk di Kota Ternate,” katanya.
Sementara, Syarif Tjan melihat sampah masih menjadi masalah serius di Kota Ternate. Karena di kota rempah ini dalam sehari bisa memproduksi sampah sekitar 140 ton, dengan perhitungan per orang menghasilkan sampah 0,7 kg dalam sehari.
“Jumlah 140 ton itu jika 0,7 kg dikalikan dengan jumlah penduduk,” paparnya.
Syarif, bahkan mengaku skema penanganan sampah di Kota Ternate masih menggunakan metode lama, yakni angkut buang.
“Ya, dimana ada sampah kita datang ambil terus buang ke TPA, seperti pemadam kebakaran di mana ada laporan di situ kita jemput. Tapi dari keseluruhan sampah di kota ini tidak semua dapat terangkut ke TPA,” tambahnya.
Syaril bilang, salah satu yang menjadi kendala DLH Kota Ternate dalam penanganan sampah itu adalah kekurangan armada angkut seperti mobil sampah. Armada seperti mobil truk sampah yang layak pakai hanya sekitar 12 unit.
“Melihat kondisi ini tidaklah seimbang dengan produksi sampah di Kota Ternate,” ucapnya.
Untuk dapat menangani sampah dengan efektif, Yahya meminta pemerintah agar membuka diri, membangun kolaborasi dengan semua elemen masyarakat dan menata kembali manajemen pengelolaan sampah.
Dedy Arif, saat mengakhiri diskusi, mengatakan diskusi terarah yang digelar dalam Terbaca ke-6 ini sangat baik dan edukatif. Bagi ia, ini adalah satu bentuk upaya literasi dalam pola konservasi yang harus terus dijaga.
“Jadi ke depan, diharapkan ketika kita bicara sampah, harus ada objeknya. Begitupun dengan air, sehingga tematiknya langsung ke sana, sehingga hal ini bisa langsung tersentuh kepada masyarakat,” tutupnya.
——
Penulis: Muhammad Ilham Yahya
Editor: Ghalim Umabaihi