Sekretaris Kota Ternate, Rizal Marsaoly menegaskan, ruang publik di Kota Ternate memiliki makna strategis dan tidak bisa dipandang hanya sebagai tempat berkumpul, tetapi juga sebagai ruang dialog dan pembentukan kesadaran bersama warga.
Hal tersebut disampaikan Rizal saat jadi narasumber diskusi Story Telling: Komunitas dan Ruang Publik Kota Ternate pada Malam Bertutur dalam rangka ulang tahun ke-7 cermat, yang digelar di Pendopo Rempah Benteng Oranje, Kamis, 18 Desember 2025 malam.
Rizal bilang, sebagai kota pulau, Ternate memiliki keterbatasan ruang yang menuntut kebijakan pengelolaan ruang publik dilakukan secara hati-hati dan berorientasi jangka panjang.
“Ruang publik kita sangat terbatas. Karena itu, pengelolaannya harus berpikir jauh ke depan, bukan hanya untuk kepentingan sesaat,” ujar Rizal.
Ia menambahkan, Pemerintah Kota Ternate membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya dengan komunitas, media, dan kelompok kreatif dalam menghidupkan ruang publik. Namun, kolaborasi tersebut harus tetap menjaga fungsi sosial dan akses publik bagi semua warga.
“Aktivasi ruang publik itu penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana ruang itu tetap menjadi milik bersama,” katanya.
Menurut Rizal, kegiatan seperti Malam Bertutur menunjukkan bahwa ruang publik tidak selalu harus dimaknai sebagai proyek fisik. Ruang publik juga dapat hidup melalui interaksi sosial, diskusi, dan narasi yang melibatkan warga.
“Kegiatan ini membuktikan bahwa ruang publik bisa dihidupkan lewat cerita dan dialog, yang memperkuat hubungan warga dengan kota dan sejarahnya,” ujarnya.
Kegiatan Malam Bertutur yang berlangsung di Benteng Oranje tersebut dihadiri pegiat komunitas, jurnalis, dan warga kota, serta menjadi bagian dari refleksi perjalanan cermat selama tujuh tahun sekaligus upaya merawat ruang publik di Ternate.
—–
Penulis: Fahri Aufat
