News  

Suporter Malut United Gelar Aksi Damai di Ternate Lawan Rasisme

Aksi damai yang berlangsung di lampu merah Stadion, Kota Ternate. Foto: Eko/cermat

Aksi damai digelar gabungan suporter Malut United sebagai bentuk respons atas tindakan rasisme yang dialami dua pemain andalan Malut United, Yance Sayuri dan Yakob Sayuri (Sayuri Bersaudara), di Ternate, Minggu, 28 Desember 2025.

Insiden rasisme tersebut pertama kali terjadi pada pertandingan Malut United yang berlangsung Jumat, 2 Mei 2025 lalu di Stadion Gelora Kie Raha (GKR). Dalam laga tersebut, Malut United berhasil meraih kemenangan tipis 1–0. Namun, kemenangan itu ternodai oleh aksi rasisme yang diarahkan kepada Sayuri Bersaudara. Ironisnya, dampak tindakan tidak terpuji tersebut juga dirasakan oleh anak-anak mereka.

Tindakan serupa kembali terulang pada pertandingan putaran pertama Liga 1 yang digelar Minggu, 14 Desember 2025. Malut United kembali menang dengan skor 2–0 di Stadion GKR. Meski demikian, lagi-lagi rasisme diarahkan kepada saudara kembar asal Papua tersebut.

Aksi rasisme yang terus berulang ini diduga dilakukan oleh beberapa oknum yang mengatasnamakan suporter Bobotoh, dan selalu menyasar Sayuri Bersaudara beserta keluarga mereka. Kondisi ini memicu keprihatinan mendalam dari komunitas suporter Malut United.

Sebagai bentuk solidaritas dan penolakan terhadap segala bentuk diskriminasi, gabungan suporter Malut United kemudian menggelar aksi damai.

Sekretaris KANS MU, Im, dalam pernyataannya menegaskan, rasisme terhadap Sayuri Bersaudara merupakan bentuk stereotip negatif yang merusak nilai kemanusiaan dan persaudaraan, khususnya dalam dunia sepak bola Indonesia.

“Rasisme terhadap Sayuri bersaudara adalah stereotip negatif yang telah menghancurkan tali persaudaraan kemanusiaan, terutama dalam sepak bola Indonesia,” ujarnya.

Ia juga menekankan, tindakan rasisme merupakan bentuk perendahan harkat dan martabat manusia, tidak hanya terhadap Sayuri Bersaudara dan keluarga, tetapi juga terhadap masyarakat Indonesia Timur secara umum. Tindakan tersebut jelas melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Baca Juga:  Polisi Amankan Pelaku Penyelundupan 39 Ekor Burung Nuri di Pulau Morotai

“Sepak bola seharusnya menjunjung tinggi sportivitas dan menyatukan perbedaan. Namun dengan basis suporter yang besar, justru dimanfaatkan oknum tertentu untuk memecah belah. Rasisme, baik verbal maupun nonverbal, tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun, terlebih dalam sepak bola,” tambahnya.

Sebagai bentuk simpati dan panggilan moral atas rasisme yang dialami Sayuri Bersaudara, gabungan suporter Malut United menyampaikan sejumlah tuntutan, antara lain:

Mendesak pihak kepolisian menghadirkan pihak Viking Malut dalam hearing terbuka bersama gabungan suporter Malut United.

  1. Mendesak Ditreskrimsus Polda Maluku Utara untuk menindaklanjuti laporan Sayuri Bersaudara dan mengusut tuntas kasus rasisme musim lalu serta menangkap dan mengadili para pelaku sesuai UU Nomor 40 Tahun 2008.
  2. Meminta peran aktif ASPROV Maluku Utara untuk mendesak Komdis agar menjatuhkan sanksi berupa pengurangan poin atau laga tanpa penonton kepada klub terkait.
  3. Mendesak manajemen Malut United FC melaporkan kasus ini secara resmi ke federasi agar klub atau suporter terkait dijatuhi sanksi tegas.
  4. Mendesak manajemen Malut United turut mengawal proses hukum kasus rasisme terhadap Sayuri Bersaudara yang telah dilaporkan ke Ditreskrimsus Polda Maluku Utara namun hingga kini belum menemui kepastian hukum.

Gabungan suporter Malut United juga menegaskan bahwa apabila tuntutan tersebut tidak ditindaklanjuti, mereka akan menggelar aksi lanjutan dengan jumlah massa yang lebih besar.

—–

Reporter: Eko Pujianto K. Sahib

Editor: Ghalim Umabaihi