Buku Suba Institute menyayangkan ketidakhadiran calon kepala daerah yang diundang dalam dialog kebudayaan yang digelar Sabtu, 14 September 2024.
Direktur Buku Suba Institute Sukarno M Adam menilai ketidakhadiran cakada dalam diskusi publik itu mencerminkan sikap acuh terhadap panggung politik terutama terkait gagasan kebudayaan.
“Tidak ada satupun cakada yang datang, itu juga kami sesalkan. Sebab bagi kami ini merupakan ruang atau panggung politik yang baik, karena di dalamnya ada bentuk gagasan, itu yang membuat kami sedikit kecewa,” ujarnya.
Meski begitu, kata dia, dialog tetap berjalan lancar dengan kerjasama Non Governmental Organization (NGO) Kemitraan dan Ditjen Kebudayaan.
Dialog tersebut menghadirkan empat narasumber yakni, Akdemisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Dr. Thamrin Husain, NGO Kemitraan Pratnership, Yauri Tetanel, Wartawan Mongabay Indonesia, Mahmud Ici dan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Maluku Utara, Kiswanto.
“Kalau mereka (cakada) hadir itu menarik. Di sini kita bisa audens dengan kurang lebih 120 orang yang hadir ini bisa mendengar gagasan mereka, tapi karena ketidakhadiran mereka, makanya kami tidak bisa mendengar itu,” sambungnya.
Ia menyebut hasil dialog hari ini nantinya akan ditindaklanjuti. Sebab, dalam sesi dialog tadi banyak gagasan yang disampaikan oleh para peserta forum terkait Maluku Utara ke depannya.
“Namun tidak berhenti sampai di situ saja, karena hasil dari dialog ini kami mencoba untuk merumuskan atau menuliskan rekomendasi yang nantinya kami follow up atau menindaklanjuti, misalnya tadi ada beberapa hal yang menyangkut dengan rembuk bersama untuk bicara masa depan Maluku Utara hari ini dan kedepannya,” ucap Sukarno.
Olehnya itu, Sukarno bilang, dialog kebudayaan semacam ini sangatlah penting untuk di bahas dalam ruang-ruang politik dewasa ini.
_______
Penulis: Muhammad Ilham Yahya