News  

Pusat Vulkanologi Ungkap Penyebab Banjir Bandang di Ternate

Setidaknya 19 korban tewas akibat banjir bandang Kelurahan Rua, Kota Ternate, dilaporkan hingga kini. Tim SAR Gabungan masih melakukan pencarian 3 korban tersisa yang belum ditemukan. Foto: tampak dari udara kawasan terdampak banjir bandang Ternate/Istimewa

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merespons peristiwa banjir bandang yang menerjang Kelurahan Rua, Kota Ternate, Maluku Utara pada Minggu, 25 Agustus 2024 lalu.

Ketua Tim Gerak Tanah PVMBG, Oktory Prambada mengungkapkan, situasi bencana banjir bandang di Ternate merupakan tipe gerakan tanah aliran bahan rombakan.

“Hal ini dapat dilihat dari material yang terendapkan berupa material campuran bahan rombakan yang dipicu oleh hujan intensitas sedang-tinggi dengan durasi yang cukup lama,” kata Oktory dalam keterangan tertulis yang diterima cermat, Selasa, 27 Agustus 2024.

Ia menjelaskan bahwa banjir bandang ini disebabkan oleh adanya peningkatan atau tingginya tingkat erosional air permukaan pada material batuan dan tanah yang mudah lepas.

“Material batuan dan tanah pada lereng tengah dan atas merupakan material bekas dari material lama yang terendapkan akibat proses banjir bandang lampau yang dapat dilihat dari bentukan morfologi lama kipas aluvial. lnfiltrasi air permukaan dan curah hujan yang berlebih pada material endapan aluvial ini memudahkan terjadinya pergerakan pada lereng yang relatif curam,” paparnya.

Akibat dari aktivitas itu, kata dia, bencana banjir bandang Ternate kemudian menyebabkan belasan korban jiwa yang tercatat meninggal dunia hingga hari kedua proses pencarian oleh Tim Gabungan.

Selanjutnya Oktory menjelaskan, berdasarkan Peta Geologi Gunung Api Gamalama (Bronto dkk, Direktorat Vulkanologi Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1982), batuan penyusun di daerah bencana termasuk dalam endapan letusan litoral dan endapan aliran piroklastika yang tersusun oleh breksi gunung api litik dan tuf serta breksi berkomposisi andesit-dasit dan fragmen lontaran erupsi gunung api berbentuk kerak roti.

Baca Juga:  Curi Mesin Laut Milik Nelayan di Ternate, Seorang Pemuda Diringkus di Halbar

“Berdasarkan peta zona kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Maluku Utara PVMBG, daerah bencana terletak di zona kerentanan gerakan tanah menengah. Yang mana lada wilayah ini mempunyai proporsi kejadian gerakan tanah lebih besar dari 15% sampai dengan 30% dari total populasi kejadian. Pada zona ini gerakan menengah gerakan tanah dapat terjadi terutama pada wilayah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir/lereng curam, tebing pemotongan jalan dan pada lereng yang mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dan baru dapat terjadi atau aktif Kembali jika dipicu oleh curah hujan tinggi dan/atau gempabumi,” kata Oktory.

“Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah Provinsi Maluku Utara pada bulan April 2024 PVMBG, daerah bencana terletak pada prakiraan gerakan tanah menengah , artinya berpotensi terjadi aliran bahan rombakan dan gerakan tanah/longsoran terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi dan erosi kuat,” sambungnya.

PVMBG mengimbau masyarakat yang terdampak bencana sebaiknya mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.

“Dalam penanganan korban (evakuasi korban tertimbun) agar memperhatikan cuaca, agar tidak dilakukan pada saat dan setelah hujan deras, karena daerah ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah dan atau banjir bandang susulan yang bisa menimpa atau menimbun petugas,” ujarnya.